Laksana seorang supir yang
mengendarai sebuah mobil. Kala ia ingin ngebut dan memacu mobilnya dengan
cepat, tentu dia harus mengetahui terlebih dahulu dan memastikan bahwa mobil
itu benar-benar dalam posisi baik dan posisi redy untuk dibawa ngebut. Jika tidak,
tentu ia akan kelimpungan sendiri, dan orang-orangpun akan bilang “Orang rem
mobilnya gak bagus di bawa ngebut”, “Wong ban-nya kurang angin di bawa ngebut”,
“Gila orangitu ya, mobilnya gak kuat kayak gitu masih di bawa kebut-kebutan”. Dan
komentar-komentar lain yang jelas, ujung-ujungnya tidak enak di dengar.
Kala aku mendrive Majalah
IJTIHAD, tepatnya menjadi PIMRED (Pimpinan Redaksi) terbitan OMIM (Organisasi
Intra Madrasah), di Pondok Pesantren Sidogiri, [seperti OSIS kalau di
sekolah-sekolah umum, aku sering mengibaratkan, “Secerdas dan sehebat apapun seorang
sopir mobil, ia tidak bisa dan tidak mungkin bisa untuk bermanuver sehebat
kemampuan yang dia punya. Dia tidak akan bisa berbuat banyak dengan mobilnya
itu, jika dalam mobil itu ada komponen-komponen yang tidakk maksimal”.
Yaps,
betul begitu, karena jika ban mobilnya bagus, remnya bagus, namun mesin dari
mobil itu ada masalah, mobil itupun tidak akan mampu berlari dengan kencang. Begitupun,
mesin mobil itu bagus, keluaran terbaru, harganya termahal, begitupun juga
tidak akan bisa melaju dengan kencang jika ban dan rem dari mobil itu tidak
baik.
Begitu pulalah, dalam
membawa dan men-drive sebuah organisasi, kala ia menjadi puncak
pimpinan, dia tidak akan bisa berbuat banyak toh walaupun dia orang
hebat atau orang yang paling cerdas sekalipun
jika komponen dari organisasi itu tidak berjalan baik dan mau hidup
sendiri-sendiri.
Dalam anjuran Aa Gym,
jadilah PONDASI (dalam bangunan), ia tak menonjolkan diri, tak tampak,
tak terlihat, tak menggagagahkan diri, namun tanpa pondasi sebuah bangunan
semegah apapun tidak akan berdiri.
Komponen-komponen organisai
itu, dalam sebuah organisasi, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, itulah
komponen utama. Sedang dalam majalah ada Pimpinan Redaksi (pimred),
Sekretaris Redaksi (sekred), dan Editor.
Sedang para mentri dan para
awak redaksi adalah komponen tambahan yang akan menjadi penyempurna daripada
bagan organisasi itu sendiri.
***
Dalam sebauh ilustrasi,
seorang supir yang akan menuju ke puncak gunung semeru yang lumrahnya 5 jam,
namun ia ingin lebih cepat daripada itu, ingin lebih baik lagi daripada itu,
dan ingin lebih wah lagi daripada hal itu, maka tentu, ban, rem, dan mesin dari
mobil itu harus mengimbangi dan mengikuti serta berbuat seperti apa yang akan
di lakukan sang sopir. Jika tidak, keinginan dan harapan sang sopir untuk
sampai lebih cepat, lebih wah dan lebih nyaman itu tidak akan
tercapai.
Begitupan dalam organisasi,
bedanya, jika dalam mobil komponen mobil tersebut bisa kita atur dan komponen
itu tidak akan melawan dan tidak peduli, sedang dalam organisasi komponennya
itu adalah manusia yang berakal dan kadang pula memiliki keinginan dan mimpi serta
keinginan masing-masing. Oleh karenanya, disanalah sang pemimpin, sang sopir,
sang leadher, dituntut untuk lebih sabar, lebih berkomonikasi, lebih perduli,
lebih care, lebih menyayomi dan lebih-lebih yang lain.
Mengenai tuntutan sabar
dalam memimpin ini, telah di ajarkan oleh Allah swt, yang dilaksanakan dalam
bentuk “menjadikan setiap nabi itu pengembala”. Bentuk inilah yang menjadikan
para nabi telah belajar seperti apa dan bagaimana membawa tabiat dan karakter manusia
yang berbeda-beda. Belajar dari membawa
dan mengatur domba-domba gembala yang jika di tuntun dia tidak mau, dan jika di
dorong dari belakang dia malah kabur.
Yaps,
disanalah letak belajarnya, karena tak jarang ada sebagian manusia yang jika
diharap untuk menjadi lebih baik malah ia semakin rusak dan tidak perduli, tapi
jika dia di biarkan begitu saja, dia malah berkarya dan menjadi baik. Namun sebaliknyapun
ada. Yang jelas dan yang pasti “yang mengatur dan menentukan hidup kita adalah
kita sendiri”, dengan catatan, jika kita telah masuk kedalam sebuah
lingkar lain, kita seyogyanya untuk mentaati dan menerima lingkar itu dengan
baik.
Semoga kita bisa berbuat
yang lebih baik kawan untuk Tazkia, #ForBetterTazkia.
Teruntuk Wapres: Ilham
Imamul Muttaqin, Sekum: Rifka Mustafida, Sek 1: Dira Sidratul
Kamaliyah, Bendum: Elvira Dwi Kurnia, Bend 1: Siti Irsalina
Maemunah. Semoga kita saling memahami satu persatu dari kita. Amin.
No comments:
Post a Comment