Kalau melihat potensi, memang sangat tinggi potensi BEM untuk
sampai dalam ranah yang diinginkannya, cuman permasalahannya, kita kadang hanya
sekedar ingin dan merasa berat untuk “sakit” agar sampai pada apa yang
diinginkan tersebut.
Oke, sekarang kita obrolin satu-satu.
Dimana-mana BEM itulah yang menjadi acuan dalam organisasi
kampus. Jika tidak bagus dan tidak bisa memberikan yang terbaik terkenallah
dengan kampus yang kurang baik.
Baik dan tidaknya BEM juga tergantung pada banyak unsur yang
ada didalamnya, dan unsur-unsur didalamnyapun juga berwarna warni. Dan tentu ini membutuhkan keahlian khusus
untuk menyatukannya.
Dengan artian,
jika salah satu dari mentri tidak ingin melakukan sebuah hal besar untuk
kebesaran BEM, maka akan terasa berat untuk BEM menjadi besar dan setara dengan
BEM-BEM kampus besar lainnya.
Memang kalau pas ngobrol dengan ketua-ketua organisasi, yang
sulit dalam pandangan mereka adalah menyatukan visi misi dan menyatukan
keinginan.
Mudahnya gini deh, aku gambarkan BEM sebagai sebuah Mobil,
ada mentri yang menjadi bagian-bagin mobil itu, ada juga sopir, yang itu
adalah BPH pengurus hariannya.
Sekarang begini, jika dari sopir mau untuk memacu kecepatan
pada angka 170 permenit, maka mau tidak mau semua komponennya harus
menyesuaikan hal tersebut, jika tidak maka komponen itu akan rusak yang ujungnya
adalah tidak sampainya keinginan dari sang sopir tersebut.
Jadi bagaimana? Ini sama halnya dengan hukum demand
dan supplay, jika harga naik sebagai konsumen akan membeli dengan lebih
sedikit, tapi produsen mau untuk memproduksi lebih banyak, oleh karenanya harus
ada titik elastis, gitu lah mungkin dalam pengantar ekonomi.
Sip, kembali lagi ke BEM, lalu Bilal sebagai orang di BPH,
berkeinginan agar BEM
bisa terasa di kampus dan di luar, dengan bahasa proker Skala Kampus dan
Proker skala
internasional.
Maksudnya, dengan Program kerja skala kampus, BEM akan terasa
oleh seluruh mahasiswa stei tazkia yang berjumlah 600 an kurang lebih. Dengan itu
BEM akan terasa “ada” nya, oleh karenanya Para mentri kala membuat proker skala
kampus, usahakan semua mahasiswa tahu dan paham jika itu ada sehingga mereka
bisa merasakan.
Bahasa gaulnya
“sampai mahasiswa yang paling kupu-kupu sekalipun tahu, kalau hari itu, jam
itu, detik itu, ada kegiatan BEM”.
Bagaimana caranya? Itulah yang harus di fikirkan dan tentu
menggunakan media
sosial, mulut ke
mulut, dan pengumuman dan yang lain. Ya kan?
Itu yang skala kampus, begitupun dengan yang skala
internasional.
Kalau kita pernah membaca bukunya Donald J. Trump, “Jika kalian mau berfikir,
berfikirlah besar, jika kalian mau hidup, hiduplah dengan luas”. Jadi kita tuh memberi sebuah kesan dan ada yang kita
tinggalkan.
“Hidup
jangan biasa-biasa, hidup itu harus luar biasa, yang biasa-biasa itu sikapnya” begitu salah satu qout menyebutkan.
Bilal lebih suka kelihatan gagal, dengan kita telah
berusaha peras keringat dan banting tulang, sudah berusaha sampai pada
puncaknya usaha, daripada kelihatan sukses tapi gak melakukan hal besar apapun.
Lebih baik kelihatan gagal dengan usaha keras
dan tujuan selangit,
daripada kelihatan sukses hanya dengan mimpi seujung kuku.
Ala kulli hal, semua mentri adalah
orang-orang hebat yang di kirim Tuhan untuk membantu dan bersama-sama membangun
BEM dengan tujuan internasional.
Salam
M. Albilaluddin al-Banjari
Presiden Mahasiswa STEI Tazkia 2014-2015
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: bilalgrup, BBM: 73DDB880,
FB: Muhammad Albilaluddin al-Banjari,
Blog: bilalgrup.blogspot.com
No comments:
Post a Comment