Pages

Sunday, July 26, 2015

Hari Raya: Salah Satu Unsur Kebahagiaan

Foto kenangan dulu bet, posisi di rumah pak Syafii
Hari ini tanggal 17 Juli Tahun 2015 adalah hari raya, bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1436 H. Di hari ini semua orang bahagia dan senang, karena telah tiba dalam masa kemerdekaan. Karena sudah tiba pada masa silaturrahmi dan masa saling bertemu antara satu dengan yang lain.

          Di tambah kebahagiaan itu dengan banyaknya makanan yang di suguhkan, serta baju baru yang menghiasi semua orang di siang hari ini. Baju baru, makanan ringan, cemilan dan snack-snack bertaburan di emperan rumah setiap orang. Pun begitu setiap orang mendatangi setiap rumah tetangga, sanak kerabat dan handai taulan.
          Melupakan sejekan pekerjaan, melupakan sejenak kesibukan, melupakan sejenak pangkat, dan melupakan sejenak tugas-tugas yang menumpuk. Melupakan banyaknya keriwehan dan penatnya ngantri kala mudik, melupakan panasnya perjalanan. Dan menghilangkan keringat karena harus berdesak-desakan di kapal  baik untuk mendapatkan tiket atau berebut masuk ke dalam kapal terlebih dahulu.
          Ya, semua itu hari ini. Esok hari, esok harinya lagi, esok harinya lagi, esok harinya lagi dan esok harinya lagi. kepenatan, banyaknya tugas, dan banyaknya keriwehan  yang lain datang menerpa kita kembali. Bahkan godaan yang menghilang selama hari raya, di hari-hari esok sudah muali timbul dan menggangu konsentrasi.
          Maka tak salah, kala Khotib hari raya mengatakan dalam khotbahnya, “Tanda bahwa amal baik kita di terima oleh Allah swt, termasuk di dalamnya adalah puasa kita selama sebulan, adalah semakin bertambah baiknya perilaku dan perbuatan kita di bulan-bulan dan tahun-tahun selanjutnya”. Dengan lantang sang khotib mengatakan ini, sembari didengar oleh para jamaah yang toh walaupun tak sibuk dengan gadget namun seakan hanya masuk dari telinga kanan, dan keluar di teling kiri.
          Ya, kebahagiaan, kesenangan, kenyamanan, dan ketenangan itu sementara, hanya seketika itu, hanya kala bertamau saudara, bertemu teman akrab, tertawa bersama, bercengkrama bersama dan makan jajanan hari raya bersama. Hanya saja setelah itu, semua itu hilang, kita kembali pada problematika kehidupan kita masing-masing. Kita kembali pada situasi hidup kita, kembali pada riuh dan hiruk pikuk kehidupan sendiri.
          Masing-masing, sendiri-sendiri dan pribadi, itulah penentu dan yang terus menerus mebawa senyum dan bahagia, bukan karena hari raya, bukan karena kue lebaran, bukan karena angpau, bukan karena bercengkrama bersama, bukan karena duduk bareng, juga bukan karena datang ketempat rekreaasi bersama-sama. Bukan. Tapi karena diri sendiri, karena masing-masing pribadinya.
          Maka sangatlah urgent, sebuah kebahagian person, kebahagiaan masing-masing tersebut. Karena dengan kebahagian person itu, akan mendatangkan kebahagiaan umum. Dan kala setiap pribadi masyrakat bumi ini bahagia, maka seisi dunia inipun, akan di isi oleh orang-orang yang berbahagia.
          Salam bahagia, dari pojok pamekasan, pademawu. Rumah mbah.
Jumaat 17 Juli 2015 semoga Allah menjadikan kita semua pribadi yang berbahagia. Sehingga semua lemen masyrakat bisa bahagia. Hanya yang perlu kita titik tekankan adalah. Bahwa penyebab kebahagiaan itu jugalah berpengaruh dalam unsur-unsur penyebab bahagiannya setiap pribadi.


 M. Albilaluddin al-Banjari
CEO Bilal Grup, Motivator, Entrepreneur
Hp: 0858-558-321-66, 
Twitter:  @malbilaluddin1 
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04, 
ID Youtobe :  M. AlbilaluddinID 



No comments:

Post a Comment