Foto kenangan dulu bet, posisi di rumah pak Syafii
Hari ini tanggal 17 Juli Tahun 2015 adalah hari raya,
bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1436 H. Di hari ini semua orang bahagia dan
senang, karena telah tiba dalam masa kemerdekaan. Karena sudah tiba pada masa silaturrahmi
dan masa saling bertemu antara satu dengan yang lain.
Di tambah kebahagiaan itu dengan
banyaknya makanan yang di suguhkan, serta baju baru yang menghiasi semua orang
di siang hari ini. Baju baru, makanan ringan, cemilan dan snack-snack bertaburan
di emperan rumah setiap orang. Pun begitu setiap orang mendatangi setiap rumah
tetangga, sanak kerabat dan handai taulan.
Melupakan sejekan pekerjaan, melupakan
sejenak kesibukan, melupakan sejenak pangkat, dan melupakan sejenak tugas-tugas
yang menumpuk. Melupakan banyaknya keriwehan dan penatnya ngantri kala mudik,
melupakan panasnya perjalanan. Dan menghilangkan keringat karena harus
berdesak-desakan di kapal baik untuk
mendapatkan tiket atau berebut masuk ke dalam kapal terlebih dahulu.
Ya, semua itu hari ini. Esok
hari, esok harinya lagi, esok harinya lagi, esok harinya lagi dan esok harinya
lagi. kepenatan, banyaknya tugas, dan banyaknya keriwehan yang lain datang menerpa kita kembali. Bahkan
godaan yang menghilang selama hari raya, di hari-hari esok sudah muali timbul
dan menggangu konsentrasi.
Maka tak salah, kala Khotib
hari raya mengatakan dalam khotbahnya, “Tanda bahwa amal baik kita di terima
oleh Allah swt, termasuk di dalamnya adalah puasa kita selama sebulan, adalah
semakin bertambah baiknya perilaku dan perbuatan kita di bulan-bulan dan
tahun-tahun selanjutnya”. Dengan lantang sang khotib mengatakan ini,
sembari didengar oleh para jamaah yang toh walaupun tak sibuk dengan gadget
namun seakan hanya masuk dari telinga kanan, dan keluar di teling kiri.
Ya, kebahagiaan, kesenangan,
kenyamanan, dan ketenangan itu sementara, hanya seketika itu, hanya kala
bertamau saudara, bertemu teman akrab, tertawa bersama, bercengkrama bersama
dan makan jajanan hari raya bersama. Hanya saja setelah itu, semua itu hilang,
kita kembali pada problematika kehidupan kita masing-masing. Kita kembali pada
situasi hidup kita, kembali pada riuh dan hiruk pikuk kehidupan sendiri.
Masing-masing, sendiri-sendiri dan
pribadi, itulah penentu dan yang terus menerus mebawa senyum dan bahagia, bukan
karena hari raya, bukan karena kue lebaran, bukan karena angpau, bukan karena
bercengkrama bersama, bukan karena duduk bareng, juga bukan karena datang
ketempat rekreaasi bersama-sama. Bukan. Tapi karena diri sendiri, karena
masing-masing pribadinya.
Maka sangatlah urgent, sebuah
kebahagian person, kebahagiaan masing-masing tersebut. Karena dengan kebahagian
person itu, akan mendatangkan kebahagiaan umum. Dan kala setiap pribadi
masyrakat bumi ini bahagia, maka seisi dunia inipun, akan di isi oleh
orang-orang yang berbahagia.
Salam bahagia, dari pojok pamekasan,
pademawu. Rumah mbah.
Jumaat 17 Juli 2015 semoga Allah menjadikan kita semua
pribadi yang berbahagia. Sehingga semua lemen masyrakat bisa bahagia. Hanya
yang perlu kita titik tekankan adalah. Bahwa penyebab kebahagiaan itu jugalah
berpengaruh dalam unsur-unsur penyebab bahagiannya setiap pribadi.
M. Albilaluddin al-Banjari
CEO Bilal Grup, Motivator, Entrepreneur
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
Blog: bilalgrup.blogspot.com
No comments:
Post a Comment