Pages

Sunday, October 14, 2018

Beginilah Seharusnya Ustad-Ustad Di Pondok Pesantren I Bahan Renungan Untuk Kita Amalkan, Bukan Untuk Menilai Orang


Jangan sampai kita menjadi ustadz di pesantren yg terlalu sibuk dengan dakwah di luar, namun ketika ada santri yang melanggar dan bermasalah seakan kitalah yang paling paham dengan masalahnya, dengan kepribadiannya, dengan keluarganya, dengan apa yang dia lakukan selama ini didalam dan di luar pesantren. 


Sehingga ketika tiba waktunya rapat asatidzah dan para guru tidaklah ada yang dibahas melainkan membongkar habis aib-aib santri seakan semua menjadi semut yang mendapatkan gula. Seakan semua berebut ingin memberikan info yang valid tentang masalah santri itu. 

"Iya kemaren ana pergoki dia diwarnet"
"Iya dua hari yang lalu ana dapati dia jajan diluar"
"Eh baru tadi malam ana liat dia keluar sama dua temannya"
"Seprtinya dia megang hp ust" kemudian dengan semangatnya ust yg lain menimpali, "iya ust ini hp nya baru ana sita" bagaimana apa tidak sebaiknya kita Segera memanggil orangtuanya??
Bla..Bla. .Bla. .

Haha...yasalaaammm !!!
akhirnya berujung dengan mengeluarkan santri tersebut, Dengan dalih maslahat.
Padahal andai Saja kita tahu bahwa orangtuanya sampai menjual sawah/kebun untuk mondokin anaknya, bahkan ada yang menjual hewan ternaknya. 

Coba sedikit kita berfikir sejenak, apa sudah benar langkah yang kita ambil tersebut ??
Sudahkah kita mengobrol empat mata dengan santri itu? Sudah kita ajak dia makan bakso keluar dengan kita? 

Aahhh....Terlalu lebay ah, masak ust LC lulusan timur tengah gini bonceng santri makan bakso, berdua lagi. Muruah hilang nanti. 

Mmmm....Mungkin anda lebih ingin menjadi ust yang di takuti santri bukan disegani. 

anda lebih bangga ketika anda lewat dikerumunan santri yg sedang duduk-duduk kemudian mereka kabur karena takut, dan anda menganggap, itu karena Muruah anda yg sudah level tinggi. Padahal suatu hari nanti akan datang masa dimana mereka tidak akan kabur lagi ketika anda lewat, kok bisa? Ya karena mereka menunggu apakah anda akan mengucap salam kepada mereka atau tidak, sebagaimana yang anda ajarkan selama ini. Mereka mulai dewasa, pola berfikir mereka mulai berkembang.

Pernahkah ketika anda melewati para santri yang sedang makan berjamaah kemudian anda ikut nimbrung makan bersama mereka? Alangkah senangnya perasaan mereka ketika itu, lebih-lebih kalau itu adalah makan untuk berbuka puasa, makan satu nampan dengan mereka. Masyaallah ust selevel anda makan satu nampan dengan santri. 

Tapi memang Tidak usah melakukan yang terlalu rumit karena anda adalah ust LC lulusan timur tengah yang harus tetap menjaga muruah.

pernahkah anda memanggil santri tingkat SMP dengan sebutan syekh? Atau ust? Anda dapat membayangkan bagaimana perasaannya ketika itu, dia akan berfikir masyaallah ust selevel beliau manggil saya dengan syekh, manggil saya ust. Lebih-lebih ketika anda memanggilnya dengan sebutan itu tidak hanya sekali dua kali saja. 

Ada yg lebih tinggi dari itu, yaitu panggilan "nak" kepada santri, coba sesekali anda Panggil santri dengan itu. 
Anda dapat membayangkan bagaimana. ...aahhh sudahlah anda memang ust LC lulusan timur tengah yang harus selalu tetap menjaga muruah.

Pernahkah anda ketika ada santri yang melanggar dengan pelanggaran yang berat kemudian anda malah mengajaknya makan sate di luar? Lagi-lagi hanya berdua? 

Pernahkah ketika ada santri yang anda pergoki lagi main playstation/di warnet, kemudian malah anda bonceng dengan motor anda sampai pesantren? Anda tempatkan dia di kantor kemudian anda keluar sebentar, mungkin dia mengira anda akan mengambil rotan, cambuk, lengkap dengan buku pelanggaran santri disebelah tangan kanan anda.

Namun betapa terkejutnya dia ketika anda malah membeli beberapa buah chocolatos lengkap dengan satu gelas air putih, kemudian anda suruh dia makan. tidak ada yg anda lakukan, tidak ada rotan, tidak ada cambuk, tidak ada bentakan, suara besar, mata melotot, tidak ada ancaman. 
Kemudian anda suruh dia kembali ke asrama. Intahal umur......

Pertanyaannya sekarang adalah apa mungkin ketika kita melakukan hal-hal yang demikian santri tersebut malah semakin brutal..?? Sedikit banyaknya dia akan mulai berfikir dan menyadari bahwa sebenarnya kita sayang dengan dia.

Akhlak baik itu akan selalu di akui oleh hati walaupun tidak di ucapkan oleh lisan. 

Mungkin kita berfikir hal-hal di atas adalah sesuatu yang remeh bagi kita, namun tidak bagi murid kita, tidak bagi santri kita.

Seringkali kita berfikir ketika pelajaran didalam kelas sudah selesai seakan kewajiban kita untuk mendidik para santri sudahpun selesai.
Toh saya juga punya istri dan anak-anak dirumah, namun ajib nya ketika kita mempunyai masalah dirumah, kita membawanya ke santri, kita membawanya ke dalam kelas, lebih-lebih ketika ada laporan santri yang baru saja melanggar...mmmm habis kamu 

Naudzubillah....

Santri itu adalah anak-anak kita, kita adalah orangtua bagi mereka. Santri bukan untuk dipojokkan, bukan untuk di jauhi ketika dia bermasalah, bukan untuk di tahdzir, apalagi sangat bermudah-mudah mengeluarkan mereka dari pesantren. 

Alangkah jauh kita dari akhlak rasulullah صلى الله عليه وسلم. Alangkah tinggi beliau di ufuk, dan alangkah menjerembab kita di dalam jurang tak berdasar.

Coba kita renungkan hadist dibawah ini.

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kami dan tidak   mengerti hak orang yang lebih tua maka dia bukan termasuk golongan kami.” 
[HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad].

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ

“Barangsiapa yang senang (ingin) dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka hendaklah ajal menjemputnya sedang ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan ia memperlakukan orang lain dengan sesuatu (adab) yang ia senang apabila dirinya diperlakukan demikian”
(HR. Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu)

Zakariya. Madinah 07, jumadil akhir 1438.

BACA JUGA


Taqwa Dulu Baru Jalan Keluar: KLIK HERE


Penyebab Bencana, Tak Ada Yang Tahu: KLIK HERE


Food Land Pasuruan: KLIK HERE 


                                         
                                                                                                                      M. Albilaluddin al-Banjari, SH   
                                                                          CEO BilalGrup, Motivator, Entrepreneur
 Hp, Wa, Sms : 0858-558-321-66, 
 Twitter:  @malbilaluddin1 
IG: Bilal Grup, BBM: D74953C2, 
ID Youtobe :  M. AlbilaluddinID
                                                                                           Blog: bilalgrup.blogspot.com

No comments:

Post a Comment