Saya juga berwacana terkait desa.
Yang dari wacana panjang dan besar itu, kalaupun tidak semua, mungkin salah satunya di Kabul Allah.
Lalu saya akan mencoba menceritakan satu persatu, agar bisa jadi gambaran dan cerita. Dan 10 atau 20 tahun yang akan datang ini akan menjadi kelucuan tersendiri buat saya sebagai penulis nya.
Saya tulis ini di Kandangan, dirumah mertua, di tawia angkinang.
Yang pertama, saya pulang kampung, atau biasanya untuk menceritakan saya, saya lebih suka pakai Bilal.
Jadi Bilal pulang kampung setelah sekian lama mondok dan kuliah.
Pulang kampung, orang tua punya lembaga, jadi Bilal membantu di lembaga itu, semampu dan sebisa Bilal.
Keluh kesahnya, lembaga pendidikan di desa itu sulit dalam memiliki anggaran dan pemasukan yang stabil, sehingga bisa sehat.
Sampai saat ini masih belum sehat, karena baru bisa menggaji guru yang aktif selama 6 hari mengajar perbulan, dari jam 2 sampai jam setengah 5 sore, hanya bisa bayar 100 rebu perbulan.
100 rebu, tentu itu tidak cukup dan bahkan kurang sekali. Kalau di tanya uang itu darimana, jawabnya tentu dari SPP murid yang di tarik tiap bulan. Yang perKK di hitung 20.000 dengan jumlah murid yang berjumlah 50 sekian anak. Dengan jumlah guru 9 orang.
Itu satu curhatan, dan banyak curhatan lain, seperti pembangunan, kegiatan, program pendidikan, program pembangunan, dll yang masih minim.
Gak ada dana sehingga minim.
Lalu untuk di desa. Beda curhatan lagi. Gimana curhatan di desa ? Mungkin di lain waktu dan kesempatan bisa kita cerita cerita pas ketemu.
Udah ngantuk Sudah jam 22:47. Tanggal 23 Mei 2023
No comments:
Post a Comment