Pages

Tuesday, May 23, 2023

Sepenggal kisah 2023: Dari Pribadi Ke Desa, #tulisankedua

Rabu 24 mei 2023, masih pagi hari jam 8 an diteras rumah mertua. 

Curhat tentang Lembaga tadi malam sudah, sekarang curhat tentang desa. 

Jadi awal saya mencalon, ini visi misi yang saya setor ke panitia pencalonan: 


M. Albilaluddin, SH
Melayani, Agamis, Responsif & Berkemajuan 

Visi 
Terwujudnya desa Gunung Batu, agamis, Update, dan Berkemajuan

Misi 
1. Mempersiapkan jiwa raga segala aspek dsn elemen desa untuk komitmen melayani 
2. Mempersiapkan calon kader masa depan untuk lembaga lembaga keagamaan
3. Membentuk tenaga yang siap melayani setiap kebutuhan, keperluan, dan aktivitas warga desa 
4. Membangun sarana dan prasarana untuk kemajuan fasilitas desa & warga desa, serta kemajuan sumber daya manusianya.

Tagline yang dibawah nama Bilal, Melayani, agamis, responsif dan berkemajuan.

Harapan besar dari tagline ini, adalah menjadi bagian dari solusi dari setiap permasalahan. 

Akan tetapi begini,

 "Ada orang yang bisa mencari solusi untuk Masalah nya dan mengerjakannya dengan benar". 

"Ada yang tidak bisa mencari solusi, ketika diberi solusi dia bisa menjalankan dengan benar".

"Ada yang tidak bisa mencari solusi, ketika diberi solusi tidak percaya, ketika di minta mengerjakan dia tidak mau, inginnya orang lain yang mengerjakan, dan mau gratis".

Maka tagline, melayani ini berat untuk orang terakhir ini, dan biasanya mereka menjadi kompor yang mengompori orang lain untuk membenci, tidak mendukung, atau mempersulit urusan orang lain. 


Lalu gimana? Lanjut ke pembahasan selanjutnya nanti, tagline dan visi misi. Kapan kapan.


Story 2023 : Sepenggal Kisah Diri dan Desa

Saya pernah berwacana panjang terkait madrasah.

Saya juga berwacana terkait desa. 

Yang dari wacana panjang dan besar itu, kalaupun tidak semua, mungkin salah satunya di Kabul Allah. 

Lalu saya akan mencoba menceritakan satu persatu, agar bisa jadi gambaran dan cerita. Dan 10 atau 20 tahun yang akan datang ini akan menjadi kelucuan tersendiri buat saya sebagai penulis nya. 

Saya tulis ini di Kandangan, dirumah mertua, di tawia angkinang. 

Yang pertama, saya pulang kampung, atau biasanya untuk menceritakan saya, saya lebih suka pakai Bilal. 

Jadi Bilal pulang kampung setelah sekian lama mondok dan kuliah.

Pulang kampung, orang tua punya lembaga, jadi Bilal membantu di lembaga itu, semampu dan sebisa Bilal. 

Keluh kesahnya, lembaga pendidikan di desa itu sulit dalam memiliki anggaran dan pemasukan yang stabil, sehingga bisa sehat. 
Sampai saat ini masih belum sehat, karena baru bisa menggaji guru yang aktif selama 6 hari mengajar perbulan, dari jam 2 sampai jam setengah 5 sore, hanya bisa bayar 100 rebu perbulan. 

100 rebu, tentu itu tidak cukup dan bahkan kurang sekali. Kalau di tanya uang itu darimana, jawabnya tentu dari SPP murid yang di tarik tiap bulan. Yang perKK di hitung 20.000 dengan jumlah murid yang berjumlah 50 sekian anak. Dengan jumlah guru 9 orang. 

Itu satu curhatan, dan banyak curhatan lain, seperti pembangunan, kegiatan, program pendidikan, program pembangunan, dll yang masih minim. 

Gak ada dana sehingga minim.

Lalu untuk di desa. Beda curhatan lagi. Gimana curhatan di desa ? Mungkin di lain waktu dan kesempatan bisa kita cerita cerita pas ketemu. 

Udah ngantuk Sudah jam 22:47. Tanggal 23 Mei 2023