Sore
kemaren, yang seharusnya belajar bareng, aku tidak ikuti, aku memilih untuk
mengobrol panjang lebar dengan sekretaris yang akan menemani perjalananku
selama satu tahun kedepan. Rifka Mustafida, itulah nama orang tersebut. Entah
dia lahir dimana dan teralhir tahun berapa aku tak menanyakan itu. Yang jelas
saat ini dia ngontrak juga di Perumahan Azzikra.
Dia
terpilih menjadi sekretaris umum setealh berembuk dengan Ilham Imamul Muttaqin,
yang pertamanya dia akan berposisi sebagai SEKJEN namun tidak jadi karena
sekjen di tiadakan.
Sebelum
Bilal menjadi presiden BEM dia juga sering memberikan masukan dan arahan-arahan
mengenai perjalanan BEM, sama halnya dengan Caca Ami Septi yang aku suka
memanggilnya cacing toh walaupun dia gak suka kalau di panggil cacing.
Sore
itu, aku ngobrol dengan sang sekretaris mengenai banyak hal, mengenai cinta, mengenai latar belakang,
mengenai perjalanan hidup dan tentunya mengenai bagaimana BEM kedepan.
“Gimana
andai orang-orang diBEM nanti ada yang pacaarn?” kurang lebih pertanyaannya
seperti itu, saat aku cerita salah satu temanku yang dikeluarkan dari
organisasinya karena ketahuan berpacaran.
“Entahlah, rasaa cinta itu alami, dan aku
tidak ingin nanti dibagian kita ada yang terjadi hal semacam itu”, begitu
mungkin aku menjawabnya.
Ngobrol
ngalur ngidul dengannya, ngobrol panjang sambil makan siomay yang dibelikannya,
ngobrol panjang lebar yang tak jelas arahnya.
Dia
bercerita tentang kepribadiannya, bercerita tentang siapa yang dipiihnya waktu
pemilihan presiden mahasiswa, bercerita tentang temannya, bercerita tentang
prinsip-prinsipnya, yang pada dasarnya
dia juga punya sifat bad mood yang kadang juga menjangkit pada diri seorang
Bilal.
“Gimana
ya, “Jika aku tidak berubah dengan sifat yang aku punya, dan tetap seperti ini,
maka dimasa depan aku tidak akan banyak di terima orang”, begitulah salah satu
dari temanku mengatakan dengan jujur kepadaku.
“ya berubah Bilal, aku yakin kok kamu bisa berubah” Ada yang memberikan angin segar tentang bisa dan tidaknya aku berubah.
“ya berubah Bilal, aku yakin kok kamu bisa berubah” Ada yang memberikan angin segar tentang bisa dan tidaknya aku berubah.
Yang
jelas dan yang pasti, perjalanan hidupku memang seperti ini, kadang aku
meyakini, “Aku bisa sampai seperti ini, karena aku nakal”, entah itu sebuah
pemikiran yang benar atau sebuah pemikiran yang salah. Yang jeals gak sedikit
juga orang yang bilang kalau aku nakal dan ngeselin, tapi ya itulah aku.
Setelah
magrib aku pulang, membawa mimpi untuk memajukan BEM dan menunjukkan pada orang
yang tidak yakin bahwa aku bisa membawa BEM kedepan.
“Kita
tunjukkan kalau kita bisa” Begitu ungkap sang sekretaris endut itu. Hehehe
Tapi pas tadi aku lihat PM nya dari
sekretaris Umum di pondok pesantrenku, di PM beliau tertulis “Kita terlihat
sempurna, karena ada orang lain yang berkorban untuk kesempurnaan kita”. Membaca
PM itu aku berfikir, “Adakah kiranya orang yang akan berkorban untuk
kesempurnaan Bilal?” “Adakah kiranya orang yang akan berkorban untuk
keempurnaan BEM?” “Adakah kiranya orang yang mau berkorban untuk kesempurnaan
tazkia?”, jawabannya pasti Wallahu a’lam”. Karena sama-sama tidak tahu, ketidak tahuan masalah ini sama dengan
ketidak tahuan tentang “dia akan memilih siapa ketika didalam biliki suara”.
Mungkin orang itu dekat dengan kita, mungkin sudah sepemikiran dengan kita,
tapi pas di bilik suara dia tidak memilih kita. Mungkin dia terlihat seperti
timses kita, tapi yang tahu di bilik suara dan yang tahu siapa yang dia pilih
hanyalah dia dan bilik suara dan orang yang diceritin olehnya.
Bukankah
begitu?
Lalu
kecewakah kita dengan orang yang seperti itu? Tentu tidak, buat apa kecewa dan
buat apa juga benci sama orang itu, toh benci dan kecewa padanya tidak akan
memberikan dampak yang positif pada pemerintahan dan orang-orang yang ada
dibawah komando kita.
So,
terimaksih Rifka Mustafida, telah sharing, aku ingin nanti semua bisa sharing
dengan BPH, sehingga bisa tahu persatu dari mereka. Bisa mengenal lebih dekat
Elvira Dewi Kurnia, bisa lebih mengenal Siti Irsalina Maimunah, bisa lebih
mengenal Dira Sidratul Kamaliah, bisa lebih mengenal Ilham Imamul Muttaqin.
Yaps,
selamat berjuang, semoga BPH tidak bosan dengan cara hidup dan gaya
kepemimpinan Bilal. Amin
BEM
Office, sebelum masuk ruang UAS
No comments:
Post a Comment