Foto Buletinnya [Klik]
Mempersiapkan Bibit Unggul, Sejak Dini
Demi Dunia Yang Semakin Baik
Oleh: M. Albilaluddin al-Banjari*
Kita terlahir dari keluarga, kita juga besar dari
keluarga. Keluarga dan lingkungan sekitar kita telah membentuk dan menjadikan
kita yang sekarang. Telepas dari positif dan negative, kita telah menjadi
pribadi kita yang telah menjadi sekarang. Tentu semua ini tidak serta merta
menjadi, namun ada proses yang terlibat di belakangnya yang sehingga menjadikan
kita seperti saat ini. Tentu banyak hal yang kala kita mau untuk sedikit
bertafakkur dan menanyakan “Kenapa saya menjadi pribadi yang seperti ini?’. Dan
jawabannya pasti tak lepas dari latar belakang keluarga serta lingkungan yang
membesarkan kita. “Kenapa kita kurang bisa bersosial dengan baik? Kenapa kita
kurang bisa bernegosiasi dengan bagus? Kenapa kita tidak bisa memimpin dengan
cara yang benar? Tentu semua jawaban dari pertanyaan ini tidak akan terlepas
dari apa yang membentuk kita sejak kita kecil dulu.
Kita
sebagai orang tua telah di bentuk dan kita telah menjadi bentukan. Kita telah
mateng dan telah diangkat dari oven. Kita telah di angkat dari tungku. Kita
telah menjadi produk. Hal yang telah masak dan telah jadi, sulit untuk dirubah,
toh walaupun mungkin untuk berubah, namun kemungkinannya sangat kecil karena
kita sudah terlewat dari masa perkembangan dan pertumbuhan. Kita sebagai orang
tua telah menjadi produk, dan kala kita sudah memiliki anak berarti kita sedang
memproses sebuah produk.
Kita
telah di ajarkan banyak hal dariapa yang kita lhat dan kita dengar dari
lingkungan sekitar dan keluarga kita. Kita telah di dikti banyak hal, dan semua
kita telah dapat dan kembali kepada kita “Apakah dengan ilmu dan pengalaman
yang kita punya kita akan membentuk dan menjadikan produk kita juga seperti
produk ayah dan ibu kita?”
Karena
kita telah menjadi produk, maka kesempatan untuk memilih sudah tidak lagi ada
pada diri kita. Karena memilih untuk sesuatu yang telah terlewat hanya sebuah kebohongan
dan hanya menjadi angan-angan yang akan mendekatkan diri kita pada perbuatan
syetan. Pun begitu kita tidak mungkin merubah sesuatu yang telah terjadi dimasa
lalu kita. Karena kita telah menjadi.
Namun
dari semua yang telah terjadi itu, kita telah mengerti dan kita telah memiliki
ilmu dan telah mampu untuk memberikan nilai mana yang positif dan mana yang
negative untuk kita tanamkan pada anak-anak yang merupakan produk kita.
Karena
kita telah tercipta menjadi sebuah produk, dan kita juga sekarang telah
mengerti seperti apa perjalanan dan kehidupan yang akan di tempuh dan di jalani
oleh produk yang kita ciptakan. Maka seyogyanya kita untuk menyiapkan produk
kita itu dengan unggul dan baik. Bahkan dalam maqalah yang di nisbatkan pada
Sayyidina Ali dan Sayyidina Umar di sebutkan “Ajari anakmu dengan ilmu, karena
mereka itu akan hidup pada zaman yang tidak lagi sama dengan zaman dimana kamu
hidup”. Itulah anjuran dan ajaran Rasul untuk kita siapkan produk yang sempurna
sehingga benar-benar matang dan bisa menciptakan produk yang lebih unggul dan
lebih hebat lagi.
Saatnyalah
bagi kita untuk memberikan pandangan tentang masa depan, memberikan pandangan
tentang dunia lain, memberikan pandangan tentang kehidupan, memberikan falsafah
hidup, memberikan ajaran-ajaran serta tips dan quote yang relevan untuk
kehidupan mereka kelak. Sehingga mereka tidak hanya sekedar menjadi produk
namun menjadi produk yang sempurna.
Namun
dengan semua itu, tidak seyogyanya juga kita memaksa mereka untuk menjadi apa
yang kita inginkan. Karena disatu sisi produk kita ini adalah produk yang
memiliki talenta dan berhak untuk memilih apa yang di inginkannya selagi hal
tersebut tidak bertentangan dengan apa yang di ajarkan dan dianjurkan oleh
Allah swt. Selama alasan dan argument mereka bisa di terima akal, maka
seyogyanya kita sebagai orang tua terus mendorong dan menguatkannya. Dengan
harapan produk kita, memiliki keunggulan dan kehebatana. “Tidak masalah mereka
akan menjadi apa dan steapnya bagaimana, asalkan mereka menjadi nomer satu di
bidangnya”. Tidak memaksa mereka. Karena dalam islam tidak ada istilah
pemaksaan. Dan Rasul berdakwahpun juga lemah lembut. Maka kita berikan mereka
keleluasaan untuk memilih dan untuk menjalani semua steap yang ada.
Dengan
demikian, sedikit demi sedikit. Produk yang kita hasilkan akan menjadi produk yang
oke punya dan memiliki nilai tambah yang tinggi dikalangan masyarakat.
So,
kita sebagai orang tua, sejak sekarang dan bahkan sejak produk kita masih
berada dalam kandung sudah seyogyanya untuk mempersipkan mereka. Di mulai sejak
sekarang. Dimulai dari hal yang kecil, seperti mengajarkan membaca bismillah
sebelum makan, makan dengan tangan kanan, baca doa sebelum mengerjakan sesuatu
dan lain sebagainya yang bersifat remeh dan kecil. Dan di mulai dari diri kita
sebagai orang tua. Memberikan contoh. Mengajarkan dan memberitahukan, namun tak
cukup hanya itu, tapi juga harus mencontohkan. Sehingga mereka produk kitu
dapat mengerti dan merasa memiliki panutan.
Terahir
ada sebuah kata indah dari seorang filsuf ”Tak usah bermimpi untuk membersihkan
dunia, cukup setiap keluarga membersihkan rumah masing-masing dan
pekerangannya, niscaya dunia akan bersih”. Pun begitu cukup setiap kelurga
menghasilkan produk, anak-anak yang unggul, niscaya dunia ini akan di penuhi
orang-orang yang unggul”. Waalahu A’lam.[]
*Penulis
adalah Santri Sidogiri,
Presiden Mahasiswa BEM REMA STEI Tazkia
Bogor
bilalgrup.blogspot.com
M. Albilaluddin al-Banjari
Presiden Mahasiswa STEI Tazkia 2014-2015
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
Blog: bilalgrup.blogspot.com