اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ
شُكْرًا
“... Bekerjalah, hai
keluarga Dawud, untuk bersyukur [kepadaAllah]....”. [Saba': 13]
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ
مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. [QS. An Nahl: 78]
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. [QS. An Nahl: 78]
رِجَالٌ
لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ
وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. [QS. An-Nuur 37]
فَإِذَا قُضِيَتِ
الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا
اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah rezeki karunia Allah". [Al Jumu’ah : 10]
"Maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah rezeki karunia Allah". [Al Jumu’ah : 10]
"Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan". [Al Mulk : 15]
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الُمتًوَكِّلِينَ
“…. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. [QS. Al-Imran 159]
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“…Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. [QS An- Najmu: 39]
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينًََ
“Dan carilah pada apa yang Telah
dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari [kenikmatan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada
orang lain] sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. [Al-Qashash : 77]
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (QS.al-lsra’ 36)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” [QS. Al-Munafiquun 9]
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ
تُنْسَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
“Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta, Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam
keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?",
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari
ini kamupun dilupakan". [QS.Thaha 124,125,126]
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. [An-Nahl 97]
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُو نَ
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta oran
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta oran
g-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada [Allah] yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. [At-Taubah :
105]
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”. [Al-Kahfi : 110]
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri”. [Ar-Ra’du 11]
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan”. [Al-Baqarah 148]
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
(Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim
panas”. [Quraisy 2]
قَالَ
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ
مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ
جَمْعًا
“Karun
berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta?“. [Al-Qashash 78]
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah : “Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagi-nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri [kepada Allah]”.[al-An’am :
162-163]
لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
“Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya
Alloh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. [al-Qashash 76]
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya”.[al-Araaf 96]
وَلَقَدْ
مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ
قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
“Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu
sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi [sumber] penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur”.[al-A’raf 10]
وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya, semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata [Lauh
mahfuzh]”. [Huud : 6]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. [al-Baqarah : 172]
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. [al-Baqarah : 172]
وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
ۚ
إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang
dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu”. [QS. At-Talaq 3]
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [QS. Alam Nasyroh: 5]
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak
akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. [QS. Ath Tholaq: 7]
Hadis tentang Entrepreneur
-وَعَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ
قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ:لأَنْ يَحْتَطِبَ اَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ
خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ اَحَدًا فَيُعْطِيَهُ اَو يَمْنَعَهُ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak”. [HR Bukhari, Muslim]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak”. [HR Bukhari, Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَة وَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: كَانَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ
السَّلامُ نَجَّارًا.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Nabi Zakaria Alaihissalam adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim, no. 2379; Ahmad II/296, 405, 485].
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Nabi Zakaria Alaihissalam adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim, no. 2379; Ahmad II/296, 405, 485].
“Tidaklah seseorang
memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih payah tangannya
sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya dan
pembantunya melainkan dihitung sebagai shadaqah” [HR. Ibnu Majah]
عَنِ المِقْدَامِ بنِ مَعْدِيكَرِبَِ عَنْ
النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ:مَا اَكَلَ اَحَدٌطَعَامًا قَطُّ
خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ, وَاِنَّ نَبِيَّّ اللهِ دَاوُدُ
عَلَيْهِ السَّلامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ.
Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, ia berkata: “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari]
Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, ia berkata: “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari]
طَلَبُ الْحَلالِ وَاجِبٌ
عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari yang halal
itu wajib bagi setiap muslim”. [HR Thabrani]
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً واعمل لآخرتك كأنك تموت
غداً
“Bekerjalah
seakan-akan engkau hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah seakan-akan besok
engkau akan mati” [Maqala Abdullah bin Amr bin
al-Ash]
إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ
أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
"Sesungguhnya,
Allah senang pada hamba-Nya yang apabila mengerjakan sesuatu berusaha untuk melakukannya
dengan seindah dan sebaik mungkin”. [HR. Baihaqi]
Dari ‘Abdullah bin
‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ اَسْلَمَ
وَرُزِقَ كَفَافًا وَقنَّعَهُ اللهُ بِمَا اَتَاهُ
“Sungguh
sangat beruntung orang yang telah masuk islam, diberikan rizqi yang cuku dan
Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang di berikan kepadanya”. [HR.
Muslim]
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, beliau berkata,
ان النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول اَللهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ الهُدَ
والتُّقَى وَالْعَفَفَ وَاْلغِنَى
Nabi Muhammad saw
biasa membaca doa: “Ya Allah aku meminta pada-Mu, petunjuk, ketakwaan, diberikan
sifat afaf* dan ghina*”. [HR. Muslim]
*An Nawawi
mengatakan afaf dan iffah bermakna menahan diri dari hal yang tidak di
perbolehkan. Sedangkan alghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak
butuh pada apa yang di sisi manusia.
Dalam
hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ بَاسَ بِالغِنَي لِمَنْ التَّقَى وَالصِّحَةَ لِمَن اِتَّقَى خَيْرًا
مِنَ الغِنَى وَطِيْبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat
bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari
kenikmatan”. [HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69. Syaikh Al-Albani
mengatakan Hadis ini Shahih]
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ
"Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari [rizki]. Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal sampai ia sudah meraih seluruh [bagian] rizkinya, meskipun tertunda darinya. Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari [rizki]". [HR Ibnu Majah, kitab at Tijarat]
Dalam
hadits Hakim bin Hizam Radhiyallahu 'anhu di bawah ini, Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepadanya :
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini begitu hijau lagi manis. Maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan jiwa, niscaya akan diberkahi. Dan barangsiapa mengambilnya dengan kemuliaan jiwa, niscaya tidak diberkahi; layaknya orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang". [HR al Bukhari]
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini begitu hijau lagi manis. Maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan jiwa, niscaya akan diberkahi. Dan barangsiapa mengambilnya dengan kemuliaan jiwa, niscaya tidak diberkahi; layaknya orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang". [HR al Bukhari]
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa ingin dilapangkan dalam rizkinya dan ditunda ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi".[ Al-Bukhori]
التاجر الصدوق الأمين مع النبيين والصديقين
والشهداء
“Pedagang
yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang
selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid”. [HR. Tirmidzi]
إن أطيب الكسب كسب التجار الذي إذا حدثوا لم يكذبوا
و إذا ائتمنوا لم يخونوا و إذا وعدوا لم يخلفوا و إذا اشتروا لم يذموا و إذا باعوا
لم يطروا و إذا كان عليهم لم يمطلوا و إذا كان لهم لم يعسروا).
“Sesungguhnya
sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila
berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji
tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan
[dalam menaikkan harga], apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan
apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan”.[HR
Al-Baihaqi]
“Ada
seseorang bertanya, “Penghasilan apakah yang paling baik, Wahai Rasulullah?” Beliau
jawab:
عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور
“Penghasilan
seseorang dari jerih payah tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”.
[HR. Ahmad]
عليكم باالتجارة فان فيها تسعة اعشار الرزقة
“Perhatikan olehmu
sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan dari
sepuluh pintu rezeki”. [HR Ahmad]
مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ،
وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ
عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah
seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan
dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud ‘alaihissalam
dahulu senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri” [HR. Bukhari]
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah untuk meraih apa yang
bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah.
Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan: "Andaikan aku
mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu." Akan tetapi
katakanlah: "Qadarulloh wama Sya'a Fa'al (Semua ini taqdir Alloh, Dia mengerjakan
apa yang Dia kehendaki)." Karena kata lau (andaikan) membuka pintu bagi
amalan setan”. [HR. Muslim, Ibnu Majah, Ahmad]
ما كسب الرجل كسباً أطيب من عمل يده، وما أنفق
الرجل على نفسه وأهله وولده وخادمه فهو صدقة
“Tidaklah
seseorang memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih payah
tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya
dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh.” [HR. Ibnu Majah]
من ارد الدنيا فعليه بالعلم ومن ارد الأخرة فعليه
بالعلم ومن ارد هما فعليه بالعلم
“Barang siapa menghendaki dunia maka hendaknya dia
berilmu, barang siapa menghaendaki akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan
barang siapa menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu pula”.[HR Al-Bukhori]
Cerita Nabi Menjadi Pengusaha
Nabi Muhammad saw telah berdagang sejak
usia beliau masih sangat muda. Dalam usia 12 tahun. Dalam Hayatul Islam M.
Husain Haikal mengisahkan kronologi peristiwa ketika Nabi bersama pamannya Abu
Thalib berangkat untuk berdagang ke Negara yam [Suriah:Sekarang]. Sebenarnya Abu Thalib tidak
ingin Nabi ikut dalam perjalanan tersebut, tapi justru itu adalah kehendak Nabi
sendiri yang bersikeras ikut.
Abu
Thalib sangat menyayangi keponakannya sebagaimana ia sayangnya Abdul Muttalib
kakek Nabi dan aah Abu Thalib, kepada cucunya. Rasa sayang Abu Thali pada Nabi
melebihi rasa sukanya pada anaknya sendiri. Oleh karena itulah, Abu Thalib
tidak ingin mengajak Nabi melakukan perjalanan panjang ke Suriah pada saatnya
baru 12 tahun. Abu Thalib berfikir aia terlalu muda untuk perjalanan padang
pasir yang sangat berat. Namun ia akhirnya mengisinkan Nabi setelah beliau
bersikeras untuk ikut.
Karena
Nabi belajar bisis sejak usia yang begitu belia bahkan masih anak-anak maka
pantaslah kalau beliau menjadi seorang pengusaha yang sukses. Karena, seorang
pakar bisnis, seorang pebisnis sejati yang sukses adalah apabila ia memiliki
pengalaman entrepreneurship sejak dini.
Muhammad
saw, mulai merintis karir dagangnya pada usia 12 ahun dan memulai usahanya
sendiri ketiak berumur 17 tahuan. Pekerjaan ini terus di lakukan sampai
mennjelas beliau menerima wahyu pada usia 37 tahun. Dengan demikian, Nabi
menjalani kehidupan sebagai pebisnis selama kurang lebih 25 tahun. Hal ini lebih
lama dari masa kerasulan Nabi yang berlangsung sekitar 23 tahun.
Aktivitas
Nabi yang dilakukan sebelum kerasulan beliau menjadi pertanda yang nyata bahwa
dalam islam bekerja keras untuk utusan duniawi bukanlah sesuatu yang ditabukan.
Lebih dari itu bekerja dan berbisnis justru di anjurkan dan menjadi salah satu
dari bagian dari ibadah.
Motivasi
Entrepreneur
Bekerja atau berwirausaha merupakan salah satu ibadah yang telah
ditetapkan oleh Allah swt. Disamping untuk memperoleh nafkah yang halal dan
baik, bekerja juga merupakan perwujudan hubungan ta'awuniyyah (tolong menolong)
diantara sesama Muslim. Tatkala seorang penjahit, menjahit baju untuk
pelanggannya, ia telah membantu orang lain yang sedang membutuhkan baju, atau
pakaian. Demikian juga tukang jahit, ia membutuhkan orang yang hendak
menjahitkan kain kepadanya, agar ia memperoleh nafkah yang halal dan baik,
begitu seterusnya.
Rasulullah saw telah menjelaskan beberapa keutamaan bekerja.
Diantara keutamaan-keutamaan itu adalah sebagai berikut2:
1. Bekerja Untuk Menjaga Kehormatan dan Kemulyaan Diri
Bekerja adalah refleksi kehormatan dan kemulyaan seseorang.
Jika seseorang memiliki profesi halal dan baik; misalnya tukang becak, tukang
ojek, guru, petani, dan buruh pabrik, dan lain sebagainya, tentunya ia akan
terpandang di sisi Allah dan masyarakat. Sebaliknya, alangkah hinanya di sisi
Allah swt, jika seseorang memiliki profesi haram, misalnya pelacur, dukun,
eksekutor di bank ribawi, serta pekerjaan-pekerjaan haram lainnya.
2. Bekerja Untuk Menutupi Dosa
Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa bekerja keras akan
menutupi dosa-dosa yang tidak bisa ditutupi oleh sholat dan puasa. Rasulullah
saw bersabda: "Diantara dosa-dosa, ada dosa yang tidak bisa ditutupi
dengan puasa dan sholat." Para shahabat bertanya, "Lantas, apa yang
bisa menutupi dosa itu Ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab,
"Keseriusan dalam mencari rejeki." Hadits ini mendorong kaum Muslim
untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, memenuhi ketentuan-ketentuan syariat dan
sebab akibatnya [kausalitas]. Sebab, keseriusan dalam bekerja merupakan wasilah
untuk menutupi dosa yang tidak bisa ditutupi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ini
menunjukkan, bahwa bekerja dengan serius memiliki keutamaan di sisi Allah swt.
3. Bertemu Allah
Dengan Wajah Berseri-seri
Di dalam riwayat lain disebutkan, bahwa orang yang memiliki
profesi halal dan baik, akan bertemu dengan Allah swt dengan wajah berseri-seri
bagaikan bulan purnama. Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa mencari
kehidupan dunia yang halal dan baik, maka ia akan menjumpai Allah swt dengan
muka berseriseri bagaikan rembulan purnama."
4. Memudahkan Terkabulnya Doa
Pada dasarnya, nafkah terbaik adalah nafkah yang didapatkan
dari hasil usahanya sendiri. Nafkah yang halal dan baik, baik berupa makanan,
pakaian, ataupun tempat tinggal, merupakan sarana agar doa diterima Allah swt.
Demikianlah, Islam telah memotivasi pengikutnya untuk bekerja, berkarya, dan berusaha dengan serius, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan syariat Allah swt dan kaedah sebab akibat. Inilah beberapa keutamaan bekerja dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya.
Demikianlah, Islam telah memotivasi pengikutnya untuk bekerja, berkarya, dan berusaha dengan serius, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan syariat Allah swt dan kaedah sebab akibat. Inilah beberapa keutamaan bekerja dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya.
For
more plis open this link: http://www.wafativi.com/home.php?page=bisnisislami Ayat
Tentang Entrepreneur: http://nasyrie.blogspot.com/2011/10/unsur-unsur-wirausaha-wirausaha.html
Untuk
keterangan dan tafsir disini: http://quran.ibnux.com/?index=3619
Harta ditangan orang baik: http://www.abdillahmt.com/kekayaan-di-tangan-orang-bertaqwa/#
M. Albilaluddin al-Banjari
Presiden Mahasiswa STEI Tazkia 2014-2015
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
mohon izin kopas
ReplyDelete