Pages

#Tugas Bu Helza Cerita dibalik kunjungan, dan Harapan Pada DSN & BASYARNA S, MUI

Thursday, June 12, 2014
                                             Oleh: M. Albilaluddin al-Banjari*
             Sebagai lumrahnya negara yang mayoritas berpenduduk islam, tentu Pemerintah Indonesia perlu berperan dan berkebijakan sesuai dengan kebanyakan penduduknya. Selain dengan memberlakukan atau menyisipkan peraturan-peraturan yang bersifat syariat, tentu negara ini harus memiliki badan dan instansi yang khusus mengurusi apa yang berkaitan hukum-hukum islam. Baik itu mengenai halal haram, baik dalam produk makanan, pakaian, parfum dan barang-barang konsumtif lainnya.

Hal ini, tertuanglah dalam Kementerian Agama dan lebih spesikasinya lagi adalah MUI (Majlis Ulama Indonesia). Toh, walaupun pada sejatinya kementerian agama adalah mengurus seluruh agama yang ada di negara indonesia ini, namun masih lebih condong kearah yang berbau islam. Dan yang lebih mengena lagi adalah MUI, majlis yang memang berkaitan langsung dengan islam.
Sedang mengenai halal dan haram. MUI memiliki badan tersendiri yang bertugas untuk mengurusi dan memperhatikan serta mengatur tentang apa yang disebut dengan label halal. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan DSN (Dewan Syariah Nasional),  atau juga dengan BASYARNAS yang bertus untuk mengurusi kala ada pertentangan antara 2 perusahaan atau 2 individu yang bertentangan.
Pada 03 Juni 2014 kami bersama dengan teman-teman satu kelas (BASMALAH), berkesempatan untuk datang dan mengunjungi kantor basyarnas dan dsn. Dalam kesempatan itu kita satu kelas yang berjumlah 33 orang, ditemani oleh ketua Prodi, Ust. Unang Fauzi, dan ust Abd, Salam serta Mis Helza,
Dalam pertemuan itu di jelaskan panjang lebar mengenai asal mula dari basyarnas dan dsn. Basyarnas sendiri bermula dari lahirnya bank Muamalah, karena kala itu, ketika ada pertentangan serta ketidaksamaan dalam bank muamalah mereka tidak memiliki acuan untuk mengjukan permasalahannya, kemudian dibentuklah basyarnas tersebut. Hanya saja pada awal-awal berdiri tidak bernama basyarnas.
“setelah beberapa kali pergantian nama dan pergantian kantor, maka disinilah kami menetap” begitulah salah satu pihak penjelas mengenai basyarnas dan dsn.
Dalam acara study tour tersebut bebepa dari teman-teman juga diberi kesempatan untuk bertanya banyak hal tentang Basyarnas dan DSN, ada beberapa pertanyaan yang agak kurang sopan seperti “Kalau BASYARNAS dan DSN itu digaji gak pak?”, “Bapak tadi menjelaskan, kalau ada proyek atau permintaan label halal maka DSN mengirim tim khusus untuk mengerjakan itu, lalu jika tidak ada proyek apa yang dikerjakan DSN?”, atau pertanyaan lain “Kalu melakukan persidangan itu dilakukan dimana pak, dikantor ini atau memang ada kantor khusus untuk persidangan?” dan beberapa pertanyaan-pertanyaan lain.
Karena pertanyaan itulah mungkin, pak Sanrego salah satu dosen stei tazkia yang juga salah satu dari bagian basyarnas dan dsn, dikirimi pesan oleh orang-orang dsn dan basyarnas untuk “kembali belajar mengenai etika bertanya”.
Harapan kami kepada DSN atau Basyarnas atau MUI, seyogynyalah mereka mereka melakukan promosi kepda kita-kita sehingga orang-orang kita, baik itu mahasiswa, ataupun dosen lebih mengenal lagi tentang MUI, DSN ataupun Basyarnas.
Juga seyogyanyalah jangan sungkan dikritik dan ditanya macam-macam karena memang kami mau mengetahui, dan terbukalah pada kami, sehingga kami tidak salah sangka tentang pekerjaan dan apa aja yang menjadi agenda dari sana. Semoga kedepan bisa lebih baik.
Inilah, laporan dari Bilal bu. Owh ya ibu, Bilal juga nulis tentang DSN, BASYARNAS di blognya bilal. Jika ada waktu mampir aja bu.
*Santri Sidogiri, Mahasiswa STEI Tazkia, Muamalah.
Presiden #BEM STEITAZKIA2014-2015

Visit: bilalgrup.blogspot.com 

No comments:

Post a Comment