Pages

BEM, Skala Kampus dan Skala Internasional

Friday, July 4, 2014
Kalau melihat potensi, memang sangat tinggi potensi BEM untuk sampai dalam ranah yang diinginkannya, cuman permasalahannya, kita kadang hanya sekedar ingin dan merasa berat untuk “sakit” agar sampai pada apa yang diinginkan tersebut.
Oke, sekarang kita obrolin satu-satu.
Dimana-mana BEM itulah yang menjadi acuan dalam organisasi kampus. Jika tidak bagus dan tidak bisa memberikan yang terbaik terkenallah dengan kampus yang kurang baik.
Baik dan tidaknya BEM juga tergantung pada banyak unsur yang ada didalamnya, dan unsur-unsur didalamnyapun juga berwarna warni.  Dan tentu ini membutuhkan keahlian khusus untuk menyatukannya.
Dengan artian, jika salah satu dari mentri tidak ingin melakukan sebuah hal besar untuk kebesaran BEM, maka akan terasa berat untuk BEM menjadi besar dan setara dengan BEM-BEM kampus besar lainnya.
Memang kalau pas ngobrol dengan ketua-ketua organisasi, yang sulit dalam pandangan mereka adalah menyatukan visi misi dan menyatukan keinginan.
Mudahnya gini deh, aku gambarkan BEM sebagai sebuah Mobil, ada mentri yang menjadi bagian-bagin mobil itu, ada juga sopir, yang itu adalah BPH pengurus hariannya.
Sekarang begini, jika dari sopir mau untuk memacu kecepatan pada angka 170 permenit, maka mau tidak mau semua komponennya harus menyesuaikan hal tersebut, jika tidak maka komponen itu akan rusak yang ujungnya adalah tidak sampainya keinginan dari sang sopir tersebut.
Jadi bagaimana? Ini sama halnya dengan hukum demand dan supplay, jika harga naik sebagai konsumen akan membeli dengan lebih sedikit, tapi produsen mau untuk memproduksi lebih banyak, oleh karenanya harus ada titik elastis, gitu lah mungkin dalam pengantar ekonomi.
Sip, kembali lagi ke BEM, lalu Bilal sebagai orang di BPH, berkeinginan agar BEM bisa terasa di kampus dan di luar, dengan bahasa proker Skala Kampus dan Proker skala internasional.
Maksudnya, dengan Program kerja skala kampus, BEM akan terasa oleh seluruh mahasiswa stei tazkia yang berjumlah 600 an kurang lebih. Dengan itu BEM akan terasa “ada” nya, oleh karenanya Para mentri kala membuat proker skala kampus, usahakan semua mahasiswa tahu dan paham jika itu ada sehingga mereka bisa merasakan.
Bahasa gaulnya “sampai mahasiswa yang paling kupu-kupu sekalipun tahu, kalau hari itu, jam itu, detik itu, ada kegiatan BEM”.
Bagaimana caranya? Itulah yang harus di fikirkan dan tentu menggunakan media sosial, mulut ke mulut, dan pengumuman dan yang lain. Ya kan?
Itu yang skala kampus, begitupun dengan yang skala internasional.
Kalau kita pernah membaca bukunya Donald J. Trump, “Jika kalian mau berfikir, berfikirlah besar, jika kalian mau hidup, hiduplah dengan luas”. Jadi kita tuh memberi sebuah kesan dan ada yang kita tinggalkan.
“Hidup jangan biasa-biasa, hidup itu harus luar biasa, yang biasa-biasa itu sikapnya” begitu salah satu qout menyebutkan.
       Bilal lebih suka kelihatan gagal, dengan kita telah berusaha peras keringat dan banting tulang, sudah berusaha sampai pada puncaknya usaha, daripada kelihatan sukses tapi gak melakukan hal besar apapun.
       Lebih baik kelihatan gagal dengan usaha keras dan tujuan selangit, daripada kelihatan sukses hanya dengan mimpi seujung kuku.
       Ala kulli hal, semua mentri adalah orang-orang hebat yang di kirim Tuhan untuk membantu dan bersama-sama membangun BEM dengan tujuan internasional.
Salam
M. Albilaluddin al-Banjari
Presiden Mahasiswa STEI Tazkia 2014-2015
Hp: 0858-558-321-66, 
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: bilalgrup, BBM: 73DDB880, 
FB: Muhammad Albilaluddin al-Banjari, 
Blog: bilalgrup.blogspot.com

No comments:

Post a Comment