Baru saja ngobrol panjang dengan
ust Miftah ketua prodi BMI, ngobrol panjang lebar mengenai BEM. Pertamanya di
mulai dengan sedikit mengobrolkan musyawarah akbar stei tazkia.
Yaps kemaren sempat ikut sih
sebentar saja, hanya melihat setelah wawancara dengan para calon mentri di
kementerian bem yang belum diketahui apa namanya. Ikut sebentar bersama
Irsalina Maemunah, mendengarkan, makan jajan dan melihat bagaimana mereka
bermusyawarah yang pada dasarnya hanya untuk membawa kepentingan mereka
masing-masing.
Yah , lucu juga sih, yang jelas,
musyawarah itu untuk membawa aspirasi mahasiswa Cuman kenyatannya banyak yang
mementingkan kepentngan mereka. Entah mau dibilang gimana, yang jelas kalau di
lihat dari DPR, MPR mungkin mereka juga mementingkan kepentingan pribadi. Membawa
kepentingan partai dan membawa kepentingan golongannya doang.
Memang, kitapun dalam pandangan
mereka seperti itu, semisal “kita membawa kepentingan agar perempuan dilarang
bekerja di luar rumah, dan mereka membawa kepentingan agar boleh perempuan
bekerja di luar rumah”. Yaps semua
membawa kepentingan.
Dan semoga kepentingan yang
berbentuk pribadi itu menjadi kepentingan yang memang dirasakan manfaatnya oleh
masyrakat luar.
Owh ya, jadi panjang lebar, terus dalam pandangan pak Miftah,
banyak sieh tapi poin-poinnya:
1.
BEM itu harus punya misi besar dan keinginan
yang besar yang fokus, sehingga kalau toh walaupun kamu sudah selesai jadi
pengurus BEM, kamu dan tim-timmu masih
di kenang. Kalau hanya banyak kegiatan, kepemimpinanmu selesai, selesai
semuanya.
2.
Yang kedua, harus berani dan tegas untuk apa
yang telah kamu misikan itu. Semisal membuat lapangan. Jadi biar benar-benar
ketemu hasil yang bisa di banggakan.
3.
BEM itu untuk meneruskan corong dari mahasiswa,
jadi seyogyanya BEM membawa aspirasi dari mahasiswa. “Lah, pak kita masih belum
mengadakan audiensi dengan mahasiswa”
kata Bilal. “Ya makanya, kamu harus ngadain itu, mengumpulkan seluruh mahasiswa
atau ketua-ketua dari UKM atau perwakilan dari mahasiswa, dan setelah itu
sampaikan kepada Kemahasiswaan, jadi runtutannya, 1. BEM, 2. KEMAHASISWAAN 3.
PIHAK ATASAN YAKNI PAK SYAFI’I. (Pada dasarnya bem itu langsung ke pak Syafi’I,
cuman karena pak Syafi’I tidak punya banyak waktu, maka beliau memilika tangan
kanan yang berupa KEMAHASISWAAN). “owh gitu pak” kata Bilal.
4.
Ngadain pertemuan dengan ketua-ketua bem 2 tahun
sebelumnya, sehingga kamu tahu yang mana yang skala prioritas di BEM dan untuk
mahasiswa itu.
5.
Tambahan dari Bilal, Belajar dan melihat di
BEM-BEM kampus dan perguruan tinggi lain.
Yaps, itu ajalah yang mungkin dan masih aku inget. Heheh. Terus lagi,
Bilal jadi dapat inspirasi mengena BEM, gimana kalau kita mengadakan audiensi
dengan pihak atasan. Terus untuk semua UKM dan mahasiswa, Bilal dari dulu
sebelum ada di BEM pun sudah punya keinginan untuk mengadakan FBT (For Better
Tazkia). Jadi semua ketua UKM dan semua
ketua konsul, dan orang-orang berpengaruh di undang untuk mencari inspirasi dan
masukan untuk membawa BEM ke #ForBetterTazkia.
Yaps ya setelah itu, Bilal dan ust Miftah masuk ke kelas.
No comments:
Post a Comment