Contoh
afirmasi untuk berbagai aplikasi antara lain:
=>
Saya sekarang kaya, karena saya layak untuk kaya.
=>
Segala hal yang saya lakukan menghasilkan uang banyak.
=>
Saya adalah money magnit.
Saya
adalah financial genius.
Setiap
hari saya bertambah kaya dan makmur.
Saya
sukses, kaya, dan berbahagia.
Saya
sehat dan kuat.
Saya
cerdas dan hebat.
Saya
tampan/cantik dan menarik.
Saya
sexy dan sehat.
Saya
langsing dan sehat.
Saya
tampil memukau dan percaya diri.
Semua
orang percaya dan mencintai saya.
Saya
adalah pribadi kharismatik yang dipercayai semua orang.
Semua
hal adalah mungkin bagi saya.
Dan lain
sebagainya
Menurut
saya, nasib itu adalah perpaduan dan sinergi antarfaktor-
faktor
seperti: harapan, kemauan, kepercayaan, perjuangan,
dan
kesempatan. Salah satu dan/atau kombinasi ada atau tidak adanya
faktor-faktor
di atas akan mempengaruhi—bahkan menentukan
—kualitas
dan nilai kehidupan seseorang.
Saya
belum bisa memastikan, apakah faktor ada, atau tidak adanya
harapan,
atau kemauan, atau kepercayaan, atau perjuangan, atau
kesempatan,
atau kombinasi di antaranya, itu berasal dari individu
manusia
itu sendiri, lingkungannya, atau terbentuk secara kebetulan,
atau
dari Tuhan?
Saya
mengamati dan menyelidiki bahwa faktor dominan (kebanyakan,
dan
bukan total semuanya) yang menjadikan seseorang
sukses
dalam hidup memang berawal dari adanya harapan, atau tujuan
hidup
(cita-cita) yang relatif besar (apakah menjadi lebih kaya,
lebih
pandai, lebih terhormat, lebih berbahagia, dan Iain-lain)
dibandingkan
dengan kualitas dan nilai kehidupan sebelumnya. Dari
adanya
harapan itu, timbul kemauan untuk mewujudkannya. Jika
individu
tersebut percaya bahwa ia mampu nieraih cita-citanya itu, ia
akan
berjuang—baik mengumpulkan informasi berupa pengetahuan
ataupun
sumber dana atau sumber daya lainnya—agar harapannya
terwujud.
Ada
sekian banyak pengalaman dan sejarah kehidupan manusia
membuktikan
bahwa ungkapan, "Apa yang ditabur akan dituai," sesungguhnya
secara
empiris-praktis tidak benar, atau tidak selalu
benar.
Petani tentu setuju dengan pernyataan saya ini, karena bisa saja
petani
telah menabur benih secara benar dan mengurusnya secara
benar
dengan jerih payah, namun kemudian ia tidak mendapatkan
hasil
panen seperti yang seharusnya, entah karena tanamannya mati
diserang
kemarau panjang atau banjir bandang, atau bencana alam lainnya, atau diserang
hama, atau bahkan dijarah oleh sekelompok
bandit
menjelang panen! Alhasil, petani tersebut menabur, berjerih
payah,
tapi tidak menuai hasil—suatu contoh kasus yang realistis
bukan?
Kalau
saya boleh melenceng sedikit dari konteks, hukum 'taburtuai'
itu
tidaklah selalu benar. Misalnya adalah tindakan kriminal
yang
dilakukan oleh beberapa tipe manusia seperti misalnya koruptor,
pembunuh,
pemerkosa, perampok, pencuri, penipu, penganiaya,
penjarah,
provokator, dan sebagainya, yang tidak dapat dijangkau
hukum
karena tidak tertangkap, ataupun sempat diadili namun bisa
bebas,
atau terhukum ringan, karena menggunakan kuasa uangnya,
atau
politik, atau kekuatan lain. Bahkan dalam banyak contoh, koruptor
dan
mafia bisa hidup nyaman, aman, dan makmur serta terhormat,
sekalipun
mereka telah menabur kejahatan (yang terselubung
atau
tidak terjangkau hukum).
Sebaliknya,
orang-orang yang saleh, yang berbudi pekerti, yang
selalu
berupaya menabur kebaikan dalam hidup, malahan hidup
miskin,
susah, bahkan sering menjadi korban fitnah atau penipuan
dan
'kambing hitam' oleh 'orang kuat' yang jahat. Ironis bukan?
Jadi,
kalau "menabur belum tentu menuai", apakah lantas lebih
baik
menjarah saja—"tidak menabur, tapi menuai"? Dengan mengatakan
bahwa
walau menabur, tapi belum tentu menuai, saya
hanya
ingin mengatakan bahwa dalam proses antara menabur dan
menuai,
ada sekian banyak faktor lain yang berperan, ada yang langsung
di
bawah kontrol kita, ada yang tidak berada di bawah kontrol
kita
secara perorangan.
Logika
sebaliknyalah yang perlu anda perhatikan: tanpa menabur
(sendiri
atau dengan menyuruh orang), tak mungkin anda menuai
sesuatu
yang secara wajar menjadi hak anda. Secara logis lalu menjadi
jelas
sekali, kalau mengharapkan sesuatu, mulailah berjuang untuk
sesuatu
itu. Memang dalam perjuangan itu ada beberapa faktor
yang
mungkin tidak kita kuasai yang bisa menggagalkan upaya kita;
tetapi
jelas sekali bahwa tanpa perjuangan, kita tidak bisa mendapatkan
sesuatu
yang kita harapkan itu secara wajar, manusiawi, dan
terhormat.
Karena
dalam perjuangan itu ada faktor lain yang menentukan
keberhasilan
atau kegagalannya, maka ada pepatah yang berbunyi,
"Man purposes God disposes, atau manusia berusaha Tuhan menentukan".
Memang
begitulah kenyataannya, bagaimanapun manusia
berusaha
dan berjuang, bisa saja jerih payahnya tidak membuahkan
hasil
seperti yang diharapkan.
Ketidakkonsistenan
itulah yang menjadi bahan renungan panjang
saya,
apakah benar bahwa hukum hidup (seperti misalnya hukum tabur-
tuai,
sebab-akibat) itu tidak konsisten, artinya tidak ada formula
sukses
logisnya, sehingga kita tidak bisa memastikan bahwa setelah
"a...b...e...d..adalah
e..." atau setelah "do...re...mi...fa... adalah sol..."?
Jika
jawabannya adalah "Hukum hidup itu konsisten", maka apa
jawaban
terhadap contoh kasus yang realistis seperti yang saya ungkapkan
di
atas tentang petani, misalnya?
Jika
jawabannya adalah "Hukum hidup memang tidak konsisten,
minimal
unpredictable", maka atas jawaban itu harus segera dipertanyakan,
"Mengapa
demikian? Apa alasannya? Apakah karena hidup
tidak
ada hukumnya? Apakah karena keterbatasan pengetahuan dan
kekuasaan
kita, atau karena intervensi 'Faktor X'?
Nah,
berkenaan dengan faktor kesempatan, saya pun belum bisa
mengambil
kesimpulan, apakah kesempatan itu netral—artinya, tidak
berpihak
kepada siapa dan apa pun serta tidak berpribadi—atau
apakah
yang namanya kesempatan itu adalah predeterministik, ar-
56
tinya
berkaitan dengan "Faktor X" atau "Faktor Tuhan" yang
bersifat
fatalis,
yakni adanya skenario takdir yang menentukan sejarah kehidupan
dari
A sampai Z tanpa bisa diganggu-gugat oleh individu
manusia.
Mudahnya: Jika 'takdir' seseorang itu harus gagal atau
bangkrut
dalam usahanya, apa pun juga yang dilakukannya, maka
hasil
akhirnya adalah kebangkrutan. Perjuangan yang bagaimanapun
hebatnya
tidak akan mampu membuka atau menciptakan kesempatan,
sehingga
berakhir hidupnya di kesempitan!?
Sebaliknya,
sekalipun seseorang tidak berjuang—bahkan mungkin
ada
yang tidak berpengharapan atau bercita-cita apa pun—jika 'nasib'
menentukan
dirinya menjadi kaya dan atau terhormat, maka
entah
bagaimana, segala macam kesempatan yang luar biasa dan
tidak
pernah sekalipun terlintas di dalam benaknya atau di sejarah
keluarganya,
bisa saja datang dan melimpahi hidupnya—apakah
tiba-tiba
mendapat harta karun di halaman belakang rumahnya, memenangkan
undian
berhadiah, mendapat warisan dari sanak yang
jauh,
atau menikahi (dinikahi) orang kaya terpandang, atau diangkat
anak
atau mantu oleh pejabat tertentu, dan lain sebagainya.
Nah,
sebagaimana faktor kesempatan masih menjadi tanda tanya
besar
dalam pikiran saya, demikian juga faktor timbulnya pengharapan
(atau
cita-cita atau keinginan)—apakah hal itu datang dari dalam
diri
individu dengan sendirinya, ataukah individu itu digiring oleh
"Faktor
X" sehingga mengetahui dan berinisiatif mempunyai pengharapan
hidup
tertentu, misalnya melalui pembacaan buku, mendengar
pesan
itu dari orang lain atau dari media massa, dan sebagainya?
Adapun
mengenai "Faktor Kesempatan", saya cenderung mengatakannya
sebagai
sesuatu yang lebih dominan dipengaruhi oleh faktor
eksternal,
yakni yang melibatkan pihak lain, baik itu berupa manusia
lain,
hukum manusia, hukum alam, sumber daya, dan sebagainya,
yang
celakanya tidak banyak yang bisa kita kuasai atau kendalikan
dengan
kekuatan individu manusia sendiri.
Kesimpulan
sementara saya ialah, bahwa kita manusia bisa mengatur
kehidupan
kita secara relatif independen sampai pada faktorfaktor
harapan,
kemauan, kepercayaan, perjuangan, karena kebanyakan
hanya
terkait dengan faktor internal individu, atau dalam hal ini
hanya
melibatkan faktor "pengetahuan dan kemauan". Kalau individu
bisa
dan mau, biasanya ia bisa melakukannya; atau yang bisa kita namakan
sebagai
"kategori satu"
Namun
untuk faktor kesempatan, yang bisa kita namakan sebagai
"kategori
dua", kita tidak banyak bisa berperan apalagi memastikan
hasilnya,
karena terkait dengan faktor eksternal yaitu banyak pihak
lain
yang tidak kita ketahui siapa, apa, di mana, bilamana, bagaimana,
bahkan
mengapanya.
Karena
itu, apa saja yang diajarkan oleh para pakar (filsuf, ilmuwan,
positive thinker, public motivator, hipnotisme atau spiritualisme,
atau
teknik apa saja) untuk 'mengubah nasib' seseorang, itu
semua
hanya bisa mengubah keadaan pada "kategori satu". Misalnya:
Bagaimana
berhenti kebiasaan merokok, atau menurunkan berat badan,
atau
teknik meningkatkan kepercayaan dan citra diri, meningkatkan
IQ
atau EQ, dan sejenisnya.
Nah,
untuk "kategori dua" yakni tema yang berkaitan dengan
"Sukses
dan Kaya" misalnya, semua itu tidak ada formula suksesnya.
Yang
ada hanyalah pedoman, asumsi, rencana, strategi, program,
dengan
persyaratan tertentu. Misalnya: Jika semua faktor terpenulii,
maka
kemungkinan besar teori ini akan berhasil.
Jangan
mudah diperdaya oleh teori atau guru mana pun yang mengajarkan
bahwa
"hanya dengan kemauan atau kekuatan pikiran
atau
kepercayaan yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan, maka anda
akan
sukses dan kaya!" Itu omong kosong. Mau membohongi siapa?
Yang
benar adalah "dengan kemauan atau kekuatan pikiran atau
kepercayaan
yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan" anda akan lebih
mudah
dan lebih cepat mencapai kesuksesan itu dibandingkan
jika
anda tidak/kurang percaya, namun tidak pasti atau tidak mutlak
begitu.
Kalau
hanya dengan kekuatan spiritual seseorang bisa mendapatkan
apa
saja yang diinginkannya, maka formula yang sama tentunya bisa
diterapkan
oleh beberapa orang untuk mendapatkan hasil yang juga
sama.
Jika semua orang bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya
dengan
metode itu, apakah anda masih percaya bahwa 'wajah' dunia
dan
kehidupan ini masih sedemikian jeleknya?
No way! Sampai buku ini
saya tulis, belum ada satu formula sukses
yang
bisa menjamin seseorang pasti sukses menciptakan atau
mengubah
"Faktor Kesempatan" atau "kategori dua". Sampai saat
ini,
yang bisa kita lakukan adalah mencoba, berusaha, atau mempengaruhi, agar
"Faktor Kesempatan" berpihak kepada kita, atau minimal
tidak
melawan kita, namun basil akhirnya tetap: "Walahualam".
Apakah
dengan demikian kita harus give-up dan tidak perlu mempunyai
pengharapan
akan hidup yang sukses dan berbahagia?
Apakah
kita tidak lagi perlu berjuang untuk mewujudkan kehidupan
yang
lebih baik, hanya karena kita tidak bisa memastikan hasilnya?
Terserah
kepribadian anda. Jika anda pemalas, atau pesimis,
mungkin
anda memilih tidur saja dan menunggu nasib baik. Namun
menurut
saya, kita tetap perlu bertujuan hidup yang besar dan mulia,
tetap
perlu berkemauan dan berkepercayaan yang kuat bahwa hal
itu
bisa terwujud, serta harus terus berjuang mengupayakan realisasinya
tanpa
mengenal kata menyerah
Biarlah
"Faktor Kesempatan" melakukan hukumnya sendiri, karena
sesungguhnya
meskipun hukum tabur-tuai tidak sepenuhnya
benar,
namun secara logis-empiris, jika kita tidak menabur jelas sekali
bahwa
kita tidak akan bisa menuai secara wajar. Memang, tanpa
menabur,
ada kemungkinan anda bisa menuai, tapi tidak secara
wajar—misalnya
karena anda mendapat hibah atau menjarah milik
orang
lain. Sebaliknya, jika kita menabur, berapapun persentasenya,
kita
mempunyai harapan bahwa suatu hari—cepat atau lambat, dan
enah
untuk taburan yang keberapa kali—kita akan menuai. Apalagi
menurut
the law of average atau Probability Theory, semakin banyak
dan
semakin sering kita menabur, maka akan semakin banyak kemungkinan
kita
untuk menuai hasil taburan kita. Tentunya dengan
catatan
bahwa kita telah menggunakan cara atau proses yang benarsebab jika kita menabur
benih di atas permukaan kaca misalnya, ya
sampai
kiamat pun tidak akan ada benih yang tumbuh, apalagi tertuai!
Hal
lain yang perlu saya tambahkan adalah bahwa "nasib baik"
atau
"nasib buruk" itu bisa dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan
dan
wawasan anda beserta unsur kehati-hatian (prudence), dan bukan
oleh
takhayul.
Sebagai
contoh, dalam bisnis anda akan lebih bisa menghindari
"nasib
buruk" yaitu kebangkrutan usaha dan memperlancar datangnya
"nasib
baik" berupa kesuksesan usaha, jika anda mempunyai keterampilan dan
wawasan luas dalam membuat business plan sebelum
memperkenalkan
suatu produk atau unit usaha, dibandingkan jika
anda
memulai suatu usaha hanya berdasarkan naluri dan perkiraan
saja.
Dengan adanya perencanaan dan kehati-hatian, anda pun akan
lebih
mudah mendapat pendanaan dari bank atau investor, karena
anda
dinilai lebih profesional dan lebih prospektif, dibandingkan
orang
yang kurang pengetahuan dan kurang hati-hati.
If
you don't know where you are going,
you
can't get lost,
but
you won't arrive either.
Jika
mulus tanpa rintangan, sebagian orang menjalani hidup secara
otomatis
dan monoton: Mereka lahir, menjadi balita, mulai bersekolah,
menjadi
remaja, memasuki masa pubertas dengan cinta
monyetnya,
lulus sekolah, sebagian melanjutkan kuliah dan sebagian
mulai
bekerja, mulai serius berpacaran, menikah, menjalani kehidupan
bekerja
atau berbisnis, menjadi orangtua, mengurus dan mendidik
anak,
membesarkan anak, menikahkan anak, menjadi kakek-nenek,
menjadi
tua, dan kemudian mati, tamat.
Orang
yang sukses sejak semula telah mempunyai tujuan hidup
dan
program aksi yang terfokus. Mereka mempunyai sense of
direction yang
spesifik, yang berasal dari hasratnya sendiri dan bukan ditentukan oleh orang
lain. Mereka tahu pasti apa yang diinginkannya
dalam
kehidupan profesi maupun pribadi, dan mereka dapat menjelaskan
rencana
maupun tujuan mereka secara detail, beserta time
frame dan program
pencapaiannya Pejamkanlah mata anda dan coba bayangkan apa yang akan terjadi
dalam
kehidupan anda lima tahun dari sekarang. Bayangkan diri
anda
sedetail mungkin seperti sedang berada di layar film: Seperti
apakah
lingkungan tempat anda berada, orang-orang di sekitar anda,
pakaian
yang anda kenakan, mobil anda, rumah, anda, keluarga anda,
status
sosial anda, dan sebagainya. Jangan sensor diri anda dari
apa
pun gambar yang melintas dalam benak anda; proyeksikan saja
apa
adanya. Anda sekarang sedang berada dalam perjalanan untuk
menjadi
pribadi yang sukses dan makmur.
Beberapa
pertanyaan perlu dijawab sebelum menetapkan tujuan,
untuk
memudahkan anda mendapatkan pengertian yang jernih tentang
diri
anda sendiri:
D
Apakah hal yang paling ingin anda lakukan di dunia ini ketika
anda
kecil dulu?
D
Situasi apakah yang memberikan anda perasaan paling sakit ketika
kecil
dulu?
D
Apakah hal yang paling menggairahkan yang telah anda kerjakan
dalam
hidup?
D
Apakah hal yang anda pertimbangkan sebagai prestasi terbaik
yang
anda hasilkan selama ini?
D
Peristiwa apakah yang telah terjadi dan paling membahagiakan
dalam
hidup anda?
D
Pernahkah terjadi ketika anda mengerjakan sesuatu yang dikatakan
oleh
setiap orang bahwa anda tidak bisa mengerjakannya? Apakah
hal
itu?
D
Bagaimanakah perasaan anda setelah anda berhasil menyelesaikannya?
D
Dalam hal apakah dalam hidup anda merasa sangat committed?
Apakah
yang membuat anda sangat tekun dan ulet menghadapi
segala
macam hambatan?
Kekuatan
apakah yang dikatakan orang lain ada pada anda?
D
Menurut anda, hal apakah yang menjadi kekuatan anda?
D
Hal apakah yang paling anda nikmati untuk dilakukan?
D
Jika anda mempunyai waktu dan sumber daya yang tidak terbatas,
apakah
anda akan melakukan hal di atas?
D
Siapakah tiga orang yang paling memberikan dampak positif dalam
kehidupan
anda?
D
Kualitas karakter apakah yang ada pada mereka yang anda kagumi?
D
Apakah karena karakter mereka itu yang memberi dampak besar
kepada
anda?
Mengapa
mereka bisa mengembangkan pengaruhnya kepada anda?
D
Aktivitas apakah yang paling anda hargai dalam kehidupan pribadi
anda?
D
Bakat tersembunyi apakah yang anda miliki yang tidak diketahui
oleh
orang lain?
D
Apakah ada sesuatu yang untuknya anda berani mengorbankan
apa
pun juga untuk mendapatkannya?
D
Apakah hal itu dan mengapa demikian?
D
Hal apakah yang bisa anda lakukan dengan sangat baik dan
dihargai
oleh orang lain?
D
Apakah anda puas dengan aktivitas yang anda lakukan dalam
physical area?.
D
Prinsip apakah yang harus anda kembangkan agar mendapatkan
hasil
memuaskan dalam area fisik di atas?
D
Apakah anda puas dengan aktivitas yang anda lakukan dalam hal
kebutuhan
dan kapasitas mental anda?
D
Prinsip apakah yang harus anda kembangkan agar mendapat hasil
memuaskan
dalam hal area mental di atas?
D
Apakah anda puas dengan aktivitas yang anda lakukan dalam hal
kebutuhan
dan kapasitas sosial anda?
D
Prinsip apakah yang harus anda kembangkan agar mendapatkan
hasil
memuaskan dalam area sosial di atas?
D
Apakah anda puas dengan aktivitas yang anda lakukan dalam hal
kebutuhan
dan kapasitas spiritual anda?
D
Prinsip apakah yang harus anda kembangkan agar mendapatkan
hasil
memuaskan dalam area spiritual di atas?
D
Hasil apakah yang anda dapatkan dan menyenangkan anda barubaru
ini?
D
Hasil apakah yang anda dapatkan dan tidak menyenangkan anda
baru-baru
ini?
D
Apakah filosofi dasar hidup anda?
D
Apakah prinsip yang menggaris bawahi filosofi anda itu?
D
Apakah yang sungguh anda ingin jadikan dan lakukan dalam
hidup
ini?
D
Apakah prinsip penting yang mendasari keberadaan dan tindakan
anda?
Percayalah pada impian dan tujuan anda
"The greatest discovery of my generation is that human
beings, by
changing the inner attitudes of their minds, can change the
outer aspects
of their lives," kata
William James.
Orang
yang sukses percaya pada validitas impian dan tujuan mereka,
sekalipun
semua itu masih nampak samar bagi mereka. Secara
substantif,
sukses itu adalah masalah internal. Sebagai individu, kita
tidak
dilahirkan sama secara fisik dan atribut mental. Karena itu
banyak
dari kita harus mengawali perjuangan dengan cara mengatasi
kendala
yang terjadi akibat pembentukan dari lingkungan hidup kita.
Namun
kita semua mempunyai hak yang sama untuk merasa bergairah
dan
termotivasi dalam mempercayai bahwa kita patut mendapat
yang
terbaik dalam kehidupan ini. Kita semua bisa mendapat
yang
terbaik, tapi kita harus membuat internal commitment terlebih
dahulu
untuk mempercayainya dan mencapainya.
Lakukan
yang terbaik untuk membuatnya berhasil
Orang
sukses akan membuat rencana mereka berhasil. Mereka akan
mengalokasikan
cukup upaya, energi, waktu, dan apa pun juga
untuk
mencapai tujuan mereka. Sekalipun banyak orang membatasi
66
waktu
dalam bekerja, namun kandidat sukses tidak memberikan batas
apa
pun untuk mencapai sukses, sehingga seringkali mereka mencapai
prestasi
pada waktu kebanyakan orang sedang beristirahat. Di
atas
segalanya, kandidat sukses adalah orang yang persisten: tekun
dan
ulet.
Cara membuat kerja keras menjadi menyenangkan
Saya
percaya bahwa kesenangan dalam mencapai hasil terjadi sesuai
dengan
upaya yang diberikan, dan karena menyadari bahwa perjuangan
kita
telah membuahkan hasil tertentu. Karena sukses bukanlah
hal
yang konstan, saya percaya bahwa sekali sukses dicapai,
harus
selalu diperbaharui. Sebab bukanlah dalam mengejar kesenangan
kita
merasa puas, melainkan kita senang dalam melakukan pengejaran,
sehingga
sukses menjadi never ending goals yang membuat kita termotivasi
dan
bergairah secara terus-menerus untuk menjadi dan
mencapai
yang terbaik dalam hidup, sampai ajal tiba.
Inilah
beberapa cara untuk membuat kerja keras anda dalam mengejar
cita-cita
anda menjadi lebih menyenangkan:
1.
Pikirkan pekerjaan anda sebagai tantangan dan bukan hal rutin.
Jika
anda telah bisa melakukan pekerjaan tertentu dengan baik,
cobalah
menciptakan cara baru untuk menyelesaikan tugas itu secara
lebih
cepat atau lebih baik
2.
Lakukan pendekatan terhadap apa pun yang biasa anda kerjakan
seolah-olah
sebagai hal yang baru pertama kali anda kerjakan.
Ketika
menghadapi tugas rutin, tantanglah diri anda untuk menghadapinya
dari
sudut pandang yang berbeda. Buatlah surat menyurat
atau
presentasi atau meeting yang berbeda, apalagi jika anda
orang
sales. Sekalipun anda sudah pernah mendengar manfaat
produk
anda ratusan kali sehingga anda merasa bosan, namun
perlu
diingat bahwa calon pembeli di hadapan anda baru pertama
kali
mendengarnya. Gairahkan diri anda sendiri terlebih dahulu
seperti
ketika pertama kali anda mendengar manfaat produk anda,
agar
kegairahan itu menular kepada calon pembeli
3.
Pecahkanlah rekor prestasi kerja anda sebelumnya, dengan cara
terus
menantang diri anda sendiri untuk melakukan pekerjaan
dengan
cara-cara yang lebih efektif dan lebih efisien agar mencapai
hasil
yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan demikian, sekalipun
anda
sedang mengerjakan tugas rutin, tugas itu tidak
akan
membosankan. Walaupun nampaknya anda sedang bermain
dan
berlomba dengan diri anda sendiri, namun pihak luar
(mungkin
atasan atau kolega anda) melihat anda terus maju pesat
menjadi
pribadi yang lebih baik dan lebih berguna, hari demi
hari.
Bukan saja anda merasa senang dalam menjalani tugas seharihari,
bisa
saja sebagai bonus anda akan menerima pujian dan
penghargaan
secara moril maupun materil dari atasan anda karena
anda
selalu memecahkan rekor prestasi anda sendiri
4.
Jadwalkan dan alokasikan waktu setiap hari untuk relaksasi dan
olahraga,
karena hal itu merupakan sumber kreativitas dan insprirasi.
Mental relaxation berguna
untuk menenangkan diri anda
dan
mencegah stres, sedangkan physical exercise berguna untuk
melancarkan
sirkulasi darah dan meningkatkan stamina. Mendengarkan
musik
serta motivational tape juga sangat bermanfaat
untuk
kejernihan pikiran dan semangat hidup.
Pangkal
kegagalan yang bercokol dalam diri kita adalah "penolakan
untuk
menetapkan rencana dan upaya pencapaian tujuan
termasuk
mengatasi segala rintangannya
"You're
finished
when you stop trying!"
Seperti
dikatakan President Calvin Coolidge, "Nothing in the
world can take the place of persistence. Talent will not;
nothing is more
common than unsucessful men with talent. Education will not;
the
world is full of educated derelects. Persistence and
determination alone
are omnipotent." Tak
ada yang bisa menggantikan arti pentingnya kegigihan
dan
keuletan. Bakat pun tidak, sebab ada sekian banyak
orang
yang gagal walaupun sebenarnya mereka berbakat. Pendidikan
juga
tidak bisa menggantikannya, sebab lihat saja, banyak orang yang
berpendidikan
tinggi yang tak bisa mencapai apa-apa kecuali ijasahnya
yang
geripis dimakan jamur dan waktu. Kegigihan, keuletan dan
tekat
yang membara untuk mengejar suatu tujuan itulah yang akan
mendobrak
kelembaban anda, dan mendobrak rintangan yang ada di
luar
diri anda, untuk mencapai sesuatu yang anda inginkan
"Nothing in the world can take the
place of persistence!", tak ada yang bisa menggantikan kegigihan
dan
keuletan anda.
Jika
anda tidak tabah dan ulet, anda tidak akan bisa mencapai
sukses
dalam bidang apa pun. Namun jika anda persisten, tanpa merasa
terkendala
oleh adanya kekurangan baik dalam bidang pendidikan,
bakat,
latar belakang, pengaruh, uang atau reputasi, maka anda bisa
dan
akan sukses! Determinasi yang sedemikian kuat akan bisa mengungguli
segala
macam kekurangan. Persistensi adalah karakteristik
yang
menarik sukses.
Tidak
ada istilah setengah jalan, hangat, atau separuh hati bagi
persistensi.
Ini adalah sikap keberanian, ketegasan, pantang menyerah.
Persistensi
tidak pernah bimbang, melainkan langsung bertindak menuju
sasaran,
dan terus berupaya sampai berhasil. Karena secara hurufiah,
kata
persist bisa berarti "to refuse to give up"—menolak
untuk
menyerah—serta
juga berarti "continue firmly, steadily, insistenly",
terus
dengan tekad bulat, terus merangsek maju.
Jadi
setiap kali anda merasa gundah atau kecil hati karena belum
bisa
melihat hal baik di hadapan anda, nyatakan afirmasi ini, "I refuse
to give up. I shall continue firmly, steadily, and
persistently until my
good appears." Atau,
"I am not discouraged: I am persistent, and I go
forward. Go! Go! Go!"
Juga
sering katakan kepada diri anda sendiri, "/ am not on the way
out. I am on the way up! Yes, I'll make all my dreams come
true, NOW!"
Ingatkan
diri anda sendiri bahwa sukses bukanlah hanya milik
orang
yang brilian atau berbakat, melainkan bagi orang yang persisten,
yakni
orang yang tidak mengenal kata menyerah, yang terus berusaha
dengan
cara yang lebih baik sekalipun mengalami bermacam
rintangan.
Seperti kisah "Kelinci dan Kura-kura" adalah contoh yang
memenangkan
persistensi melawan keunggulan alami. Seperti sang
kura-kura,
anda tidak akan pernah menjadi orang gagal jika anda tidak
pernah
menyerah!
Janganlah
pernah merasa menyesal ataupun iri hati karena anda
tidak
terlahir dalam keluarga kaya, atau tidak mendapat harta warisan,
atau
tidak mendapat suami/istri kaya. Hanya ada hal yang
71
perlu
anda miliki untuk sukses yakni tujuan yang jelas, persistensi
dan
determinasi keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Jangan
repotkan pikiran anda dengan
kenangan
pahit apalagi menjadikannya trauma, karena hal itu
hanya
merupakan sikap dan sifat orang cengeng dan pecundang. Anda
kandidat
sukses mestinya pantang meratapi masa lalu, karena hal
itu
merupakan tindakan bodoh yang menghambat daya juang dan
pencapaian
tujuan sukses anda.
Bagi
orang yang positif dan persisten, kekalahan pun bermanfaat
untuk
mengungkapkan dan mengubah kebiasaan buruk/salah, dan
membebaskan
energi anda untuk memulai kembali dengan kebiasaan
dan
cara yang lebih baik. Kekalahan mengubah arogansi dan perilaku
besar
kepala menjadi kerendahan hati serta membangun hubungan
interrelasi
yang lebih harmonis dengan orang lain. Kekalahan
menyebabkan
anda harus menginventarisir semua aset dan kewajiban
anda,
baik fisik maupun spiritual agar bisa bertindak optimis-realistis.
Kekalahan
juga akan memperkuat will-power atau kekuatan kehendak
anda
dengan memberi tantangan untuk melakukan upaya
yang
lebih hebat daripada sebelumnya.
21 Faktor Penyebab
Kegfagfalan Hidup
Untuk
memberi perspektif, di bawah ini saya sampaikan 21
faktor
yang biasa menyebabkan kegagalan. Jika semua, atau
bahkan
satu pun hal itu ada dalam kehidupan anda, lebih baik bila
anda
sesegera mungkin melenyapkannya:
1.
Hidup tanpa mengarah kepada tujuan tertentu yang terfokus dan
berharga
sehingga tidak tabu hendak mencapai. apa dan bagaimana.
2.
Pendidikan (formal maupun informal) yang minim sehingga
mengurangi
kemampuan berpikir panjang dan sistematis.
3.
Kurang disiplin diri sehingga mempunyai kebiasaan yang tidak
produktif.
4.
Kurang ambisi untuk menjadi lebih baik dan lebih sukses sehingga
tidak
mempunyai fighting spirit yang memadai untuk menjadi
pemenang.
5.
Kesehatan yang buruk akibat pikiran negatif dan diet yang buruk.
6.
Pengaruh masa kecil yang buruk sehingga menjadi karakter yang
juga
buruk serta agak sukar diubah.
7.
Kurang persistensi sehingga mudah menyerah dan berhenti berusaha
sekalipun
belum mendapat apa-apa.
8.
Negative mental attitude yang beraneka ragam seperti pemalas,
pencemooh,
dan Iain-lain.
9.
Tidak bisa mengontrol emosi sehingga terkesan labil, dan kurang
bisa
dipercaya.
73
10.
Hasrat mendapatkan sesuatu tanpa kesediaan untuk mengorbankan
sesuatu,
sehingga terkesan malas, egois, merugikan orang lain
dan
tidak enak diajak bergaul.
11.
Tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tegas sekalipun
semua
fakta yang perlu telah tersedia, sehingga banyak kesempatan
emas
hilang dan bahkan mengubah peluang menjadi kendala.
12.
Mempunyai satu atau lebih dari ketakutan dasar secara berlebihan
seperti:
kemiskinan, kritikan, sakit/penyakit, kehilangan cinta,
menjadi
tua, kehilangan kemerdekaan, kematian, sehingga prilakunya
terkesan
tidak realistis, kekanak-kanakan dan aneh.
13.
Salah memilih pasangan hidup, sehingga pasangan menjadi penghambat
yang
mengecilkan hati dan/atau membuyarkan sasaran
hidup.
14.
Terlalu berhati-hati sehingga terkesan bertele-tele, paranoid, dan
berjiwa
kerdil.
15.
Terlalu tidak berhati-hati atau ceroboh sehingga sering membuat
keputusan
atau tindakan yang menimbulkan penyesalan di kemudian
hari
karena keliru dan/atau bodoh.
16.
Salah memilih bidang usaha atau pekerjaan sehingga tidak bisa
memanfaatkan
bakat, pengalaman serta entusiasme secara optimal.
17.
Tidak bisa mengelola waktu dan uang sehingga banyak kesempatan
emas
tidak tergarap dan atau tidak terdanai.
18.
Tidak setia dan suka berkhianat, yang mengakibatkan hilangnya
kepercayaan
orang lain, serta kepercayaan diri sendiri.
19.
Kekurangan visi dan imajinasi yang menyebabkan orang tidak bisa
membayangkan
hendak menuju ke mana dan hendak mencapai
apa
dalam hidup, sehingga tidak melakukan dan mencapai yang
terbaik.
20.
Sifat egois dan banyak lagak yang menjadikan kepribadian yang
tidak
menyenangkan orang lain serta merugikan diri sendiri, sehingga
menutup
peluang untuk mendapat masukan dan bantuan
dari
luar untuk perbaikan diri.
21.
Tidak bersedia bekerja lebih keras dan/atau memberi lebih banyak
dari
rata-rata, yang merupakan tabiat yang biasa ditunjukkan
74
oleh
orang kerdil atau kaum marginal—yakni orang kebanyakan
yang
biasa hidup ala kadarnya, karena tidak mau memberi lebih
banyak
agar bisa mendapat lebih banyak.
Ada
sekurang-kurangnya dua hal yang sangat mujarab untuk
membuat
orang lain melakukan apa saja yang anda inginkan, atau
dengan
kata lain, agar orang lain memenuhi keinginan anda. Kedua
hal
itu adalah rewards & punishment, ganjaran & hukuman. Ya,
penghargaan
dan hukuman.
M. Albilaluddin al-Banjari
Presiden Mahasiswa STEI Tazkia 2014-2015
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
Blog: bilalgrup.blogspot.com
No comments:
Post a Comment