Ini hanya sebuah tulisan
dan mungkin hanya pandangan seorang Bilal, tapi semoga bisa di resapi dan di
mamah serta di rasa-rasakan. Dengan itu bisa mungkin sependapat atau tidak
setuju atau apalah terserah.
Gini, sejak kecil bahkan
sejak bayi, kita telah di belikan baju oleh orang tua kita, berlanjut sampai
kita bisa memilih dan memilih sendiri baju mana yang akan kita beli dan baju
mana yang tidak mau kita beli. Sampai dalam ranah ini kita membeli baju
sekehendak kita, tak harus ditemani orang tua dalam membelinya, dan tak harus
juga dapat ijin orang tua. Benar begitu kan?
Ya benar begitu. Lalu akhirnya
menumpuklah baju yang kita miliki di lemari, menumpuk, sekali lagi menumpuk. Baju
menumpuk, celana meumpuk, rok menumpuk, kerudung menumpuk, kaos menumpuk, dll
lah menumpuk. Setelah menumpuk apakah oleh kalian di pakek semua?
Coba kita fikir, kita punya
20 baju saja, apakah itu akan kita gunakan semua. Sedang hari yang kita punya
hanya 7 hari.
Lalu, kalau gak di pakek
apa gunanya membeli dan menumpuk baju? #itu pandanganku, entah pandanganmu.
Oke, sampai disini, coba
ingat atau bayangin betapa menumpuknya baju kita, bahkan sampek 2 atau tiga
lemari yang isinya semua baju kita. Kita tumpuk dan kita diamin aja di lemari
itu. Ya di diemin aja, lalu apa gunanya? #sekali lagi itu pandanganku, entah
pandanganmu.
Coba kita juga liat kalau
kita lagi di jalan, atau kita lagi makan di sekitar desa, #kalau yang biasa
makan di sekitar desa, entah jika makannya selalu di tempat mewah. Coba kita
lihat, betapa banyak anak-anak yang berpakaian tak sepantasnya, sudah compang
camping, sudah tak layak pakai. Pun begitu tak sedikit orang yang sudah tua,
yang kalau kita liat baju yang ia pakai itu itu aja, selama seminggu, sedang
baju kita menggunung dilemari.
Lalu dimana rasa sosial
kita, mana rasa rahmatan lil alaminnya kita? #sekali lagi
pandanganku, entah dengan pandanganmu.
Oke, kita andai kembali,
baju yang menumpuk itu keluarin beberapa dengan niatan semoga baju yang kita
kasihkan ke yang lebih berhak itu berguna untuk mereka beribadah, untuk mereka
melakukan perbuatan baik, untuk melakukan apa yang di anjurkan agama, bukankah
dengan itu kita dapat bagian dan dapat sedikit pahala dari baju yang kita kasih
yang mereka pakai untuk ibadah itu?
Begitulah, ya harapannya
begitu, mengenai buku, daripada hanya di buang atau di bakar, bukakah lebih
mending di jadikan perpustakaan mini, untuk di baca dan di jadikan rujukan
mimpi oleh anak-anak pedalaman agar mereka tak berat untuk bermimpi dan memandang
masa depannya.
Soalnya ini adalah
pengalaman pribadi saya, dulu waktu masih kecil ada 2 buku besar tentang
pemerintahan soeharto, kalau gak salah 50 tahun indonesia atau apalah gitu
judulnya, 2 buku itu tebal sekali, satunya berwarna dan satunya lagi tidak
berwarna. Penduh dengan gambar yang berisi keterangan tapi dulu itu aku tidak bisa baca sehingga tidak mengerti
apa sesungguhnya keterangan dari foto itu. Tapi dengan buku itu menjadi ruh
tersendiri untuk berangan dan bermimpi bisa seperti yang di foto-foto itu.
Ya, daripada di bakar dan
di buang percuma, bukankah dengan di berikan pada yang berhak kita telah berbuat
untuk melihat masa depan bangsa dengan buku yang kita berikan kepada mereka. Bukankah
kita akan bangka kalau kelak, ada seorang yang mengatakan “Aku sejak dulu
termotivasi oleh buku yang di berikan oleh kakak ini, ada namanya di situ, saya
masih ingat banget itu. Atau “saya mendapat pencerahan dengan buku yang di
tulis oleh kakak itu, saya mengerti ternyata hidup itu begini dan begitu”,
bukankah itu sebuah kesenangan?
Jadi berdonasi 1 baju, atau
satu buku, dengan niatan masa depan yang luas, dengan niatan yang sempurna,
dengan niatan yang mapan. Ingat Allah tidak pernah tidur.
1
buku saja bisa merubah pribadi, dan cara pandang seseorang, apalagi beberapa
buku”
Selamat
berdonasi, untuk acara maulid kami
M. Albilaluddin al-Banjari
CEO Bilal Grup, Motivator, Entrepreneur
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
No comments:
Post a Comment