Ini penting dibaca sama bos atau pemilik perusahaan, atau kepala sekolah atau pemimpin sebuah lembaga atau organisasi atau apapun itu yang bersifat pimpinan. Sehingga tidak hanya memandang urusan dari kepentingan dirinya saja, atau bahasa kasarnya, tidak memandang urusan dari urusan perutnya saja, tapi juga memandang urusan dari pandangan orang lain atau dari sisi perut orang lain.
Oke, gini, semisal kamu adalah seorang kepala
atau seorang direktur atau seorang apalah, intinya kamu adalah seorang pemimpin.
Semisal, anak buah kamu baru kerja di tempat kamu dan baru masuk di tempat kamu
punya perusahaan atau di tempat kamu punya sekolah atau di tempat kamu punya
lembaga. Terus, ketika awal masuk dia semangat, kami minta ngerjain apa saja
bisa selesai cepat waktu, bisa selesai dengan cekatan dan sigap, intinya mah
awalnya dia baik dan bisa diandalkan.
Lalu setelah gaji pertama turun, di masih tetap
seperti semula, tapi tetap seperti yang awal, masih seperti awal dia datang. Lalu
gaji kedua turun, nah setelah gaji kedua turun, kok ternyata dia mulai berubah,
tidak secepat yang dulu lagi, tidak setangkas yang dulu lagi, tidak seperti
yang dulu lagi. jadi dia berubah, berkurang kinerjanya dan kurang baik secara
pandangan kamu seorang pemimpin. Oke.
Jadi secara pandangan kamu sebagai seorang
pemimpin, dia itu udah jelek kinerjanya, dia itu udah gak seperti yang dulu
lagi. ya kan? Oke
Sekarang coba kita pandang dari sisi pekerja
kita, pegawai kita, orang yang kita sewa untuk bekerja buat
kita. Oke gini. Awal-awal dia semangat, karena dia baru datang disana dan dia
belum ngerti seluk beluk dan alur kinerja disana, intinya mah belum tau
kondisi. Lalu bulan pertama setelah dia gajian, gajinya kok gak sebanding. Terus
bulan kedua dia pikir, okelah mungkin karena bulan pertama, lalu setelah bulan
kedua dia sudah mulai berubah.
Dia berubah karena, banyak hal yang pada
dasarnya ia kerjakan dengan semangat itu menggunakan uang pribadi sendiri,
menggunakan internet sendiri, menggunakan laptop sendiri dan menggunakan
fasilitas sendiri. Awal awal dia relakan karena ingin melihat bagaimana reaksi
atasannya kepada dia dengan semangat yang dia punya.
Cuman karena setelah bulan ketiga kok tidak ada
respon dan seakan adem ayem, akhirnya dia berubah, dia mulai berfikir, kalau
tiap aku diminta ngirim email harus pakek kouta aku, sedang gajiku gak seberapa
rugi dong aku. Kalau setiap keluar harus pakek bensin aku sedang gajinya gak
seberapa rugi dong aku. Kalau setiap membuat surat undangan, ngelayout memnggunakan
laptop saya rugi dong saya. Dari situlah dia berubah.
Jadi kalau kamu pemimpin dan punya anak buah
yang begitu, ingat jangan langsung marah-marah dan memfonis "kinerjanya
gak sebaik dulu" jangan koment begitu, ingat berfikir. Adakah yang
salah dari dirimu, jadi jangan nyalahin bawahan terus oke.
Jadi jika anak buah fasilitasnya sudah
dilengkapi dan di nyamankan, tapi kinerjanya kurang, baru itu dipertanyakan,
tapi jika tidak, lengkapi dulu fasilitasnya, baru di tuntut. Jangan menuntut
tinggi, sedang fasilitas yang ada minim. Atau kalau gak, anak buah kamu yang
baik akan hilang tergantikan dengan anak buah yang gak baik.
So, ingat, sebagaimana para pisikolog berfikir,
"ketika ada masalah, pisikolog tidak akan langsung menilai masalahnya,
tapi ia akan melihat kenapa masalah itu bisa terjadi" karena bisa
saja, kita yang salah sehingga menyebabkan masalah itu terjadi, atau kita yang
gak bener sehingga anak buah kita gak
sesemangat dulu. Gambaran kecilnya gini Jokowi jangan hanya nyalahin
orang yang demo, tau pemerintah jangan hanya mencibir orang yang demo, tapi
lihat ke belakang, kenapa mereka demo, kenapa mereka turun. Itu karena ada hak
mereka yang tidak di tunaikan oleh pemerintah.
Begitu oke. Paham kan? Kalau gak paham,
berhenti jadi pemimpin kamu, danjadi bahwan aja. Atau jadi pemimpin aja buat
diri kamu sendiri. Oke
M. Albilaluddin al-Banjari
CEO BilalGrup, Motivator, Entrepreneur
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
No comments:
Post a Comment