Kenangan di 2012 Sewaktu acara NALA, sebagai Ketua |
Saklek, dan Dinamis, kelnturan
dan ke fleksibelan dalam satu hal memang perlu dan harus. Karena jika tidak
maka suatu hal sulit terjadi dan bahkan mungkin tidak akan terjadi. Sulit
memang bagia sebagian orang untuk mempraktekkan hal ini, karena memang akan
terkesan tidak berpendirian dan tidak konsesten.
Ya, sebagian orang mengartikan
saklek itu dengan, apa adanya, tekstual, harus sesuai dengan apa yang telah di
tentukan, harus runut persis sama dengan apa yang telah di tentukan besama,
harus pesis jamnya, harus begini dan harus begitu, yang intinya itu harus
sesuai dengan apa yang ada di catatan dan harus sesui dengan apa yang telah di
rembuk bersma.
Sedang flesibel itu di artikan
dengan bisa mengikuti arus, akan tetapi tetap pada esensialya. Akan tetapi intinya
tetap dapat, toh walaupun jalannya tidak tidak harus sama persis dengan apa
yang ada di catatan, toh walaupun runtutan acaranya tidak sama dengan apa yang
telah di gariskan. Akan tetapi yang paling urgent itu intinya dapat, acaranya
selesai dan bisa di pahami.
Mana yang terbaik dan mana yang
harus di lakukan?
Jawabannya ini, tergantung pada
kepiawaian seorang founder atau pemimpin dalam memberikan instruksi dan memakai
jalan yang memang seharusnya di pakek. Artinya kedua buah gaya diatas bisa benar
dan baik. Teringat petuah guru kelas dulu, bahwasanya sistem gan gaya
kepemimpinan yang seperti apa yang
cocok, itu juga tergantung situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Maka
kejelian seorang pemimpin dalam menentukan gaya dan cara itulah yang paling
urgent.
Artinya, semua gaya kepemimpinan
dan gaya seorang pemimpin itu benar, asalkan tidak bertentangan banyak dengan
orang yang di pimpinnya. Sekali lagi, tidak bertentangan banyak, kalau udah
bertentangannya banyak, itu udah jadi masalah tersendiri. Karena itu akan jadi
aral dan rintangan seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinnya.
Udah gitu aja, yang jelas jika kamu jadi anak buah atau
bawahan, seperti pesan abah Dahlan Iskan, jadilah karyawan atau bawahan atau
anak buah yang baik, karena pemimpin yang baik itu lahir dari anak buah,
bawahan dan staf yang baik.
Jadilah anak buah yang mangerti
dan paham dengan apa yang di ingkan dan diharapkan ketua atau bosmu, kamu
sebagai bawahan mesti sadar juga, kamu itu masih bawahan, kamu berhak bersuara
dan memberi pendapat, tapi kamu bukan pengambil keputusan. Oke. Jadi toh
walaupun kamu cerdas dan kamu pintar, kamu sadar dong, kamu sekarang yang
dipimpin, bukan kamu yang memimpin, kalau kamu mau mengambil keputusan, jadilah
pemimpin. Jadilah bawahan yang taat pada atasan, dan atasan juga jangan
semena-mena, karena sadarlah para atasan, jabatan itu hanya titipan, kalau udah
gak menjabat, kamu bukan siapa-siapa lagi, bisa jadi anak buahmu kedudukannya
lebih tinggi dan lebih mapan dariapda dirimu.
Jadi mau jadi bawahan atau atasan
ya yang semestinya saja, yang sewajarnya saja, yang biasa-biasa saja, pun
begitu jadi rakyat yang biasa-biasa saja, jangan terlalu banyak koment sama
pribadi pemimpin atau pribadi orang. Kadang gini neh, “eh kamu itu udah s ini lho, kamu udah gini lho, kok kamu masih
gini-gini aja,” terus ada juga yang
berubah, rada jaim, rada jaga diri, rada gak begitu dekat, di koment juga “kamu jangan jadi kayak itu tuh, dia begini,
begitu dll lah” Jadi tidak usah seperti itu, kasihan orang yang
mendengarnya, toh walaupun seharusnya sebagai manusia kita tidak perlu banyak
menghiraukan apa yang orang lain katakan selama kita masih sesuai dengan apa
yang di ajarkan Allah dan Rasulnya.
Hihihi
Udah ah gitu aja, pokoknya mah, sabiasah
kata anak sidogiri mah gitu.
Salam
Sentul 1 Mei 2017
M. Albilaluddin al-Banjari,SH
CEO BilalGrup, Motivator, Entrepreneur
Hp: 0858-558-321-66,
Email: bilalgrups@gmail.com
Twitter: @malbilaluddin1
IG: Bilal Grup, BBM: 5281cb04,
ID Youtobe : M. AlbilaluddinID
Blog: bilalgrup.blogspot.com
No comments:
Post a Comment