Pages

Jeli melihat peluang : Sekretaris BEM 2014-2015

Thursday, June 12, 2014
            Sore kemaren, yang seharusnya belajar bareng, aku tidak ikuti, aku memilih untuk mengobrol panjang lebar dengan sekretaris yang akan menemani perjalananku selama satu tahun kedepan. Rifka Mustafida, itulah nama orang tersebut. Entah dia lahir dimana dan teralhir tahun berapa aku tak menanyakan itu. Yang jelas saat ini dia ngontrak juga di Perumahan Azzikra.
            Dia terpilih menjadi sekretaris umum setealh berembuk dengan Ilham Imamul Muttaqin, yang pertamanya dia akan berposisi sebagai SEKJEN namun tidak jadi karena sekjen di tiadakan.
            Sebelum Bilal menjadi presiden BEM dia juga sering memberikan masukan dan arahan-arahan mengenai perjalanan BEM, sama halnya dengan Caca Ami Septi yang aku suka memanggilnya cacing toh walaupun dia gak suka kalau di panggil cacing.
            Sore itu, aku ngobrol dengan sang sekretaris mengenai banyak hal,  mengenai cinta, mengenai latar belakang, mengenai perjalanan hidup dan tentunya mengenai bagaimana BEM kedepan.
            “Gimana andai orang-orang diBEM nanti ada yang pacaarn?” kurang lebih pertanyaannya seperti itu, saat aku cerita salah satu temanku yang dikeluarkan dari organisasinya karena ketahuan berpacaran.
“Entahlah, rasaa cinta itu alami, dan aku tidak ingin nanti dibagian kita ada yang terjadi hal semacam itu”, begitu mungkin aku menjawabnya.
            Ngobrol ngalur ngidul dengannya, ngobrol panjang sambil makan siomay yang dibelikannya, ngobrol panjang lebar yang tak jelas arahnya.
            Dia bercerita tentang kepribadiannya, bercerita tentang siapa yang dipiihnya waktu pemilihan presiden mahasiswa, bercerita tentang temannya, bercerita tentang prinsip-prinsipnya, yang  pada dasarnya dia juga punya sifat bad mood yang kadang juga menjangkit pada diri seorang Bilal.
            “Gimana ya, “Jika aku tidak berubah dengan sifat yang aku punya, dan tetap seperti ini, maka dimasa depan aku tidak akan banyak di terima orang”, begitulah salah satu dari temanku mengatakan dengan jujur kepadaku.
            “ya berubah Bilal, aku yakin kok kamu bisa berubah” Ada yang memberikan angin segar tentang bisa dan tidaknya aku berubah.
            Yang jelas dan yang pasti, perjalanan hidupku memang seperti ini, kadang aku meyakini, “Aku bisa sampai seperti ini, karena aku nakal”, entah itu sebuah pemikiran yang benar atau sebuah pemikiran yang salah. Yang jeals gak sedikit juga orang yang bilang kalau aku nakal dan ngeselin, tapi ya itulah aku.
            Setelah magrib aku pulang, membawa mimpi untuk memajukan BEM dan menunjukkan pada orang yang tidak yakin bahwa aku bisa membawa BEM kedepan.
            “Kita tunjukkan kalau kita bisa” Begitu ungkap sang sekretaris endut itu. Hehehe
Tapi pas tadi aku lihat PM nya dari sekretaris Umum di pondok pesantrenku, di PM beliau tertulis “Kita terlihat sempurna, karena ada orang lain yang berkorban untuk kesempurnaan kita”. Membaca PM itu aku berfikir, “Adakah kiranya orang yang akan berkorban untuk kesempurnaan Bilal?” “Adakah kiranya orang yang akan berkorban untuk keempurnaan BEM?” “Adakah kiranya orang yang mau berkorban untuk kesempurnaan tazkia?”, jawabannya pasti Wallahu a’lam”. Karena sama-sama tidak tahu,  ketidak tahuan masalah ini sama dengan ketidak tahuan tentang “dia akan memilih siapa ketika didalam biliki suara”. Mungkin orang itu dekat dengan kita, mungkin sudah sepemikiran dengan kita, tapi pas di bilik suara dia tidak memilih kita. Mungkin dia terlihat seperti timses kita, tapi yang tahu di bilik suara dan yang tahu siapa yang dia pilih hanyalah dia dan bilik suara dan orang yang diceritin olehnya.
            Bukankah begitu?
            Lalu kecewakah kita dengan orang yang seperti itu? Tentu tidak, buat apa kecewa dan buat apa juga benci sama orang itu, toh benci dan kecewa padanya tidak akan memberikan dampak yang positif pada pemerintahan dan orang-orang yang ada dibawah komando kita.
            So, terimaksih Rifka Mustafida, telah sharing, aku ingin nanti semua bisa sharing dengan BPH, sehingga bisa tahu persatu dari mereka. Bisa mengenal lebih dekat Elvira Dewi Kurnia, bisa lebih mengenal Siti Irsalina Maimunah, bisa lebih mengenal Dira Sidratul Kamaliah, bisa lebih mengenal Ilham Imamul Muttaqin.
            Yaps, selamat berjuang, semoga BPH tidak bosan dengan cara hidup dan gaya kepemimpinan Bilal. Amin

BEM Office, sebelum masuk ruang UAS

No comments:

Post a Comment