9 Juli nanti semua akan mengadakan pemilihan, dan menentukan
siapa yang akan menjadi pemimpin selama 5 tahun kedepan. Siapa yang akan
mengatur regulasi dan perputaran kehidupan Indonesia selama 5 tahun kedepan.
Hanya ada 2 calon yang akan bertanding di ring pemilihan
nanti. Pasangan Prabowo dan Hatta dan
yang ke 2 pasangan Jokowi, Jk. 2 pasangan ini juga memiliki kubu dan pendukung
yang sama kuat dan hebat-hebat, baik dari ulama, dari pemimpin pondok
pesantren, para artis, para tokoh-tokoh yang juga memiliki banyak pendukung.
Tentu bagi yang mengikuti perjalanan Pilpres, akan sangat
mengerti bagaimana Roma Irama, bagaimana Mahfud MD, bagaimana Dahlan Iskan, di
buang begitu saja oleh partai-partai
yang seharusnya mendukung dan membawanya menuju ring pertarungan presiden pada
9 juni tersebut.
Mengenai pipres, teringat saat masih menjadi capres, toh
walalupun skalanya hanya skala kampus dan skala kecil, namun moment-moment dan
rasanya itu sudah amat terasa. Bagimana kita akan berjanji sehingga orang-orang
percaya dan memilih kita, bagaimana kita menyiapkan program yang hebat untuk
orang-orang percaya.
Teringat saat itu Bili
pasangan Bilal dan Ilham, sedang pasangan nomer 2nya adalah Dimas dan
Hafia. Toh walaupun kita antara satu dengan yang lain, tapi kubu dan
orang-orang yang memilih dan fanatik pada kita selalu saja membuat propganda
dan ungkapan-ungkapan yang bertujuan untuk menjatuhkan pihak lawan. Begitupun dengan
pihak lawan. Antara satu timses dengan timses lainnya saling menyerang dan
saling hujat serta saling mejelekkan. Itu hal yang lumrah dalam politik. Dan jika
dikatakan politik itu bobrok, itu memang benar. Dan nyata.
Dulu waktu masih di ponpes, ada politik belah bambu ada
politik ini itu dan lain sebagainya, dahulu waktu masih di pondok Bilal masih
belum begitu yakin dengan itu semua, tapi setelah di jalani memang benar
begitulah adanya. Teman menjadi musuh, musuh menjadi teman, yang bodoh jadi
cerdas memanfaatkan orang lain, yang cerdas jadi kelihatan bodoh karena politik
dan permainannya.
Mungkin itu jugalah yang menjadikan para pengusaha enggan
masuk dan terjun dalam bidang politik.
Oke, kembali kepada Pemilihan Presiden pada 9 Juni nanti.
Karena memang yang menjadi penentu menang dan tidaknya dalah
coblosan, artinya yang menjadi sebuah penentu kemenangan adalah gambar capres
dan cawapres yang di tusuk paku, maka semakin banyak yang mencoblos maka
semakin banyak pula kesempatan untuk menang. Toh walaupun siapa yang punya
suara itu dan siapa yang memilih itu tidak menjadi perhatian, namun itu menjadi
hal yang sangat jelek dalam pandangan. Tapi karena sistemanya sudah seperti
itu, maka tak ada yang bisa dilakukan terkecuali berusaha untuk mencari
dukungan dan mencari suara untuk memenangkan pasangan yang kita dukung. Terlepas
seperti apa dan bagaiman sepak terjang yang akan dilakukannya nanti.
Memang, seperti itulah politik, dan hanya bisa berdoa dan
memohon, semoga politiknya kedepan bisa lebih baik lagi.
Oke salam, dari Bogor untuk kedua calon Presiden yang akan
memimpin Indonesia.
No comments:
Post a Comment