Pages

Rangkuman dari How to master your habits, @felixsiauw, www.felixsiauw.com

Wednesday, June 25, 2014

Memahami “what?”, “Why?” dan “How” akan melejitkan amal ibadh seorang muslim.
Menyadari kedzaliman adalah salah satu cara “Strong Why?” untuk berdakwah mewujudkan islam.
Bagi banyak manusia, ancaman terkadang menjadi “Why?” yang sangat kuat untuk bergerak.
Muhammad Alfatih dididik dengan satu tujuan semasa kecil, penaklukan konstantinopel
Why must I doing this? Kenapa aku mesti melakukan hal ini?


Tidak memiliki tujuan yang pasti dalam hidup sama seperti lari dalam lingkaran yang tak habis.
“what?” memberikan kita tujuan gairah dan semangat untuk mencapainya
Habist seperti spiral, hanya ada dua pilihan didalamya, bertambah besar atau bertambah ciut.
Setiap kita mempunyai satu pengalaman baru atau satu informasi yang belum kita terima sebelumnya, maka otak kita akan membuat koneksi baru.
(instaling habbits)

Sebagian rasa takut juga dari pembiasaan
Pemain basket yang melakukan lemparan bebas juga mempraktikkan “muscle memory” dalam satu penelitian disampaikan bahwa pemain yang memiliki akurasi 85% telah melakukan lebih dari 500.000 lemparan bebas sepanjang karirnya.

Otak ibarat komputer yang memproses lebih cepat suatu memori yang sering diakses.

LATIH, (ayah), ULANG (ibu) HABITS (anak)

Ibu dari semua keahlian adalah repetisi (pengulangan) dan ayahnya adalah practice (latihan).
Habits adalah pelayan kita, pekerja kita seandainya kita telah cukup mengajarinya maka mereka akan melakukan hal itu secara otomatis.

Sungguh menyenangkan tentunya, apabila kita bisa memanipulasi habits ini unutk tujuan kita. Bukannya malah membiarkannya mengendalikan hidup kita.

Cara pikir menentukan kecendrungan cara pikir juga menghasilkan keyakinan dan keyakinan membentuk perbuatan. Maka perbedaan cara pikir akan membuat perbedaan amal.
Dalam bela diri, yang dilatih adalah pembiasaan sehingga gerakan beladiri menjadi sebuah refleks.

Bagi profesional melakukan hal istimewa adalah hal yang biasa.

Orang yang lebih bagus mentalnya akan lebih “beruntung” entah di rektru orang ataupun membangun usaha sendiri. Yang tertinggal adalah orangyang tidak pernah mau berusaha untuk menjadi beruntung.

Ciptakan keberuntungan dengan habits jangan menunggu keberuntungan.

Kamu muslim, begitu juga saya, kamu penulis sebagaimana saya, kamu pengemban dakwah sayapun juga, kamu menyukai sejarah begitu pula saya, kamu tertarik pada muhammad Al-Fatih dan saya lebih tertarik kepdanya.  Selama jalan kita sama, kita pasti akan bertemu cepat atau lambat.

Dua orang dengan pilihan yang sama, dan visi yang sama, mencintai pada Dzat yang sama, Allah swt, cepat atau lambat pasti akan berjumpa.

Kurang lebih, keberuntungan adalah hasil kali antara persiapan kita dan kesempatan.

Anytime you see someone more successful than you are, they are doing something yuo aren’t (Malcom X)

CARA MEMBUAT HABITS YANG BARU
1.       Mulai dari yang kecil
Mulailah habits baru kita dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, memato target yang terlalu tinggi hanya akan menghasilkan jenuh dan putus di tengah-tengah.
2.       Temukan tempat habits
Untuk melatih sebuah habits harus menyisipkan habits itu pada habits yang sudah solid.
Kuncinya adalah kata “Setelah”, misal saya akan menulis blog, setelah shalat subuh.
3.       Berlatihlah terus
Pada awalnya, mungkin kita akan sering-sering lupa untuk melaksanakan habits baru, maka buatlah pengingat dimana-mana tempat biasa kita beraktifitas.
Atau meminta teman untuk selalu mengingatkan tentang habits yang akan kita latih.
Untuk menjadi ahli dalam bidang yang kita piih yang dia pilih apabila telah berlatih 10.000 jam di bidang itu.
Jika berlatih 3 jam sehari dala bidang yang ingin kita kuasai, maka perlu 10 tahun bagi kita untuk mencapai 10.000 jam itu. Bila kita ingin 5 tahun menjadi seorang ahli, maka haruslah latihan itu kita tingkatkan 6 jam sehari.

Betul kata pepatah “easy come easy go, everything that came with an istant will gone in an istant, there’s no such things as ujug-ujug” maka mulailah berlatih dan mengulang mulai dari sekarang. Practive and repetition.

Semakin sering kita mengulang dan melatih suatu hal, maka akansemakin efisien kita mengerjakannya, itu berarti waktu yang lebih singkat dan energi yang lebih rendah yang kita keluarkan.

Saat awal kita yang mengendalikan habits, samapi satu saat ia mungkin takkan dapat dihentikan.

Diferensiasi meniscayakan adanya perbedaan yang signifikan perbedaan yang dihargai, perbedaan yang memiliki nilai.
Seharusnya kita memiliki keahlian spesial masing-masing sehingga kita “terpakai” dalam ladang dakwah ini.
Pilih salah satu keahlian, luangkan waktu lebih banyak waktu kita untuk menguasainya, dan patikan tidak ada yang lain yang lebih baik daripada anda dalam melakukan keahlian itu.
Life is not fair
Mengapa harus menjadi yang terbaik? Karena saya perlu memberitahu satu hal. Duni ini tidak adil kawan. Dunia selalu memperhatikan sebagian orang sementara benar-benar cuek terhadap sebagain yang lain.
Habist laksana spiral, adapun naik ataupun turun itu adalah pilihan.

Dalam banyak hal menjadi berbeda itu bagus, dan tentu kita akan di ingat oleh orang. Sekali lagi dunia tidak adil, dan dunia hanya bisa mengingat beberapa nama saja, namun tidak semua manusia. Yang diingat oleh dunia hanya yang dapat keluar dari kerumunan. The outliers.
Sedang  yang biasa-biasa saja, yang tidak di ingat oleh dunia. Yang tertnggalkan waktu, ita namakan saja out of order.

Menjadi istimewa sehingga pat berkontribusi maksimal dalam dakwah.
Dalam dakwah, kita diposisikan mejadi qaid (pimpinan dan contoh) bagi ummat. Oleh karenanya, harus ada sesuatu keahlian yang dipandang oleh umamt, yang membuatnya percaya dan yakin bahwa kita layak untuk mengarahkan perjuangan mereka, layak menyandang gelar pewaris para nabi. Bagaimana bisa kita menadi qaid apabila ummat pun tidak mengenal dan tidak mengetahui siapakita dan apa yang kita dapat lakukan, bahkan tidak mengingat kita sama sekali.
Tiada perjuangan tanpa pengorbanan.

Pengorbanan memang melahirkan rasa sakit, namun kita harus memahami pula bahwa rasa sakit adalah bahan utama pembentuk the outliers.

Kemustahilan adalah gabungan dari hal-hal yang mungkin bila kita mau melakukan yang mungkin maka kemustahilan akan menjadi mungkin.

Impossible is a sum of possibilities, if we  are willing to do the possibilities, then impossible is nothing.

Tidak ada seorangpun yang terlahir dengan bakat berdakwah. Seorang pendakwah yang paling ideal pasti adalah pendakwah yang payah pada awalnya.
Yang membedakan antara yang ideal dan yang payah hanyalah kerelaan mereka untuk menjalani proses dan bertumbuh didalamnya, setiap hari. Ingat setiap hari.

Bertumbuh setiap hari, lebih baik 1% saja sehari, dalam satu tahun kita bertambah baik 365%

Kendalikan habits anda, dan insyaallah anda akan mengendalikan kehidupan kita. Kendalikan habits atau hibits yang akan mengendalikan hidup anda.

Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara impian dan khayalan. Juga pembeda antara orang yang munafik dan yang beriman. Perhatikan ucapandari ibnu qayyim “Perbedaan antara impian dan kenyataan adalah bahwa mengkhayal melibatkan kemalasan, dimana seseorang tidak berusaha ataupun berjuang untuk yang dia inginkan. Impian akan mengharuskan seseorang berjuang, usaha dan tawakal. Yang pertama ibarat berharap tanah akan membajak dan menanam sendiri untuknya. Sedang yang kedua benar-benar membajak menanam dan berharap tanaman tumbuh”. (Madaarij As-Salikin)

Talk is ceap, but action is priceless. Berbicara itu murah, namun amal perbuatan tidak ternilai harganya. Mengapa banyak orang yang memiliki banyak ide tetapi hanya sedikit  yang benar-benar mendapat manfaat dari satu ide? Betul sekali, karena hanya sedikit yang mau take action.
Tujuan dari habits menyampaikan bahwa action speaks louder than motivation speak. Bahwa lebih penting beramala daripada hanya termotivasi, syukur-syukur kita bisa termotivasi lalu beramal.
Buatlah satu kondisi sehingga kita terpaksa menjalankan latihan dan pengulangan kita.
Sampai yang paling ekstrem mengumumkan habits baru kita pada publik dan menyediakan sanksi bagi diri kita sendiri apabila kita melanggarnya.

Awalnya memang mungkin terasa sulit da ntidak nyaman, namun pemaksaan juga insyaallah tetap akan mewujudkan habits. Ingat asal ada ayah dadn ibunya, habits akan terbentuk. Practice dan repetition.

Unreasonable fear, ketakutan yang hanya ada didalam bayangan kita saja, tak mewujud dalam kenyataan.

Ada juga yang menunda action karena mengkhawatirkan segala sesuatu yang mungkin muncul. Kebanyakan kita memututksn kita telah gagal tanpa sekalipun mencoba, sepertinya ketakutan telah membunuh rasa penasaran dan bahkan mematikan harapan. Ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang seolah-olah di bckup dengan logika benar-benar telah membuat kita merasa “lebih baik kalah daripada mengambil kemungkina untuk menang”,

Sebuah penelitian menyampaikan bahwa 90% daripada apa yang dikhawatirkan orang tidak pernah menjadi kenyataan. Artinya diantara ketakutan-ketakutan kita yang membuat kita menunda action, mungkin hanya satu yang jadi kenyataan.

Gila, sinting, edan, mengkhayal, mimpi, stres, utopis, berangan-angan, dan sebgainya, itulah  yang disematkan pada orang yang visioner.
Kebanyakan manusia hanya melihat dengan mata mereka, namun tidak dapat melihat lebih darpada itu. Sedangkan visioner mampu melihat lebih daripada matanya. Dia melihat dengan akalnya, dengan keimanannya.

Terbukti dunia selalu diarahkan oleh orang yang visioner. Sementara orang-orang yang pragmatis mengikutinya.

Visioner menjadi satu sikap mental wajib bagi para pengemban dakwah. Meyakini visi yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta berjuang sekuat tenanga karenanya tidak akan dapat dilakukan maksimal apabila kita tidak visioner.

Seandainya Rasulullah tidak memberikan visi pada sahabat, tentu islam takkan besar seperti saat ini.
Seorang muslim bukanalh orang yang mudah yakin atas sesuatu yang mereka lihat dengan mata, sebaliknya mereka cendrung melihat sesuatu berdasarkan dengan apa yang mereka yakini.

Memiliki visi besar berarti siap untuk di katakan sebagai orang gila.

Sesungguhnya tidak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah kemalasan bertopeng pesimisme.

Ada dua kemungkinan bagi visioner, apakah dia gagal mewujudkan visinya dan sedikit dihna dan diolok. Atau dia berhasil mewujudkannya dan mendapatkan banyak kemulyaan. Yang manapun yang terjadi tetap saja dia akan diingat oleh orang lain. Namun hanya ada satu kemungkinan bagi orang prgamaatis, tak ada yang mengingat mereka.

Mempunyai visi mempermudah kita untuk menciptakan suatu habits.
Kejadian mungkin adalah takdir, namun meresponnya adalah pilihan yang ada pada manusia.

Suatu peristiwa pada hakekatnya tidak memiliki nilai yang baik atau nilai yang buruk sampai kita menggunakan standar kita untuk menilai baik atau buruknya. Kita tidak akan pernah tahu kemana angin akan bertiup, namun kita jelas punya pilihan untuk mengendalikan layar kapal.

Tidak semua orang sadar akan kemampuan yang istimewa ini. Sering kali manusia tidak sadar bawah mereak memiliki kendali atas apapun yang terjadi pada mereka. Sebaliknya mereka justru menjadi korban atas kejadian itu.
Tipe pesimus, adalah orang-orang yang yang tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, tidak bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada mereka. Dan senjajta paling hebat pada orang-orang semacam ini adalah alasa. Excuses.
Para pesimus selalu mencari cara agar dirinya lepas dari tanggung jawab dengan mencari kambing hitam sebagai tempat menumpahkan tanggung jawab. Ketika mereka menyalahkan “macet” sebagai alasan terlambat pada hakekatnya ereka ingin berbicara “bukan salah saya terlambat, macetlah yang salah”.
Dengan mereka melakukan itu, maka mereka melepas kendali atas diri mereka, menganggap diri mereka adalah korbanm dan tanpa sadar menekan tombeol off pada otak mereka untuk mencari solusi agar tidak terlambat pada pertemuan yang lain.
Selain itu, biasanya mereka juga melengkapi 2 penyakit awal alasan dan salahkan dengan benarkan diri sendiri. Justifikasi, “yang lain juga begitu” mereka kan gak tahu kesulitanku”.

Optimus mempunyai habits sebaliknya, mereka selalu mengambil kendali keadaan walalupun hal itu terbukti sering menyulitkan dirinya. Namun, bukankah kesulitan akan menimbulkan keahlian? Kita sudah membahasnya pada bab yang lalu.
Para optimus akan bertangung jawab aatas sesuatu yang berada dalam kendalinya. Dia belajar dari kesalahan dan berpikir keras bagaimana agar kejadian itu tidak terjadi pada masa depan. Mereka berkembang karena otak mereka berada pada posisi ON.

Optimus tidak akan membenarkan kesalahannya karena dia memahami pembenaran atas kelalaian dan kesalahan adalah bagian dari perbuatan syaitan. Dia mengambil kendali dan belajar dari kelalaian dan kesalahan.
Islam tidak pernah menyuruh kita memikirkan perkara-perkara yang tidak berada dalam kendali kita. Islam mengajarkan agar kita fokus pada perkara yang berada dalam kendali kita.

Orang yang bertangung jawab sebagaimana tipe optimus akan selalu menenmukan jalan kelauar dari suatu pristiwa, ia akan memikirkan. Sedang pesimus menganggap bahwa masalah ada pada yang lainnya sehngga ia tidak perlu repot-repot memikirkannya.

Pesimus menyalahkan kesalahan
Optimus belajar dari kesalahan

Habits membuat alasan ini sangat berbahaya. Bahkan bisa menghancurkan kehidupan orang yang memilikinya. Karena hampir sebagian besar orang gagal karena alasan. Orang yang memiliki banyak alasan selalu merasa bahwa kesalahan bukan ada pada dirnya, dan sama sekali menutup kemungkinan itu. Sebaliknya, bagi kesalahan selalu ada pada orang lain.

Pernghargaan tidak akan pernah datang kepada seseorang yang pandai membuat alasan. Jangan berhara,  karena tidak yang didapat orang yang beralasan kecuali kegagalan yang jauh lebih besar.

Alasan, adalah ciri gagal karena pencari alasan tak pernah belajar.

Cobaan dalam  membentuk habits,
1.       Mendingan, atau daripada. “sudahlah berhenti menulis, mendingan kamus sudah nyobain nulis daripada yang lain gak sama sekali”
2.       Yang lain juga begitu. “ah gak papalah merokoh, yang lain juga begitu, emang kamu aja  yang maksiat, yang lain juga begitu kok”
3.       Sekali ini aja “aku kan sudah 30 hari melakukan ini, jadi sekali ini sajalah kan gak papa”
4.       Ini yang terakhir deh
Semua itu, cobaannya, lucu ya, dan emang benar kayaknya begitu. Hehehe

Penghargaan akan datang pada seseorang yang memiliki banyak kekurangan, memiliki banyak alasan untuk gagal, namun mereak tidak menghiraukannya. Mereka menembus batas harapan orang pada mereka. Beyond expectation

Mau mendaftar yang manapun, alasan gagal atau alasan sukses, keduanya memerlukan waktu dan juga menguras fikiran.

Mau atau tidak mau, kalau mau 1000 usaha, kalau tidak mau 1000 alasan.
Permasalahannya dari sedari dulu, selalu saja, bukan terletak pada bisa tau tidak bisa. Tapi lebih kepada mau atau tidak mau.





No comments:

Post a Comment