BERWIRAUSAHA
I. Pendahuluan
Wirausaha sering
dipadankan dengan kata entrepreneur atau juga yang menyebutnya
dengan wira swasta. Kedua padanan kata tersebut kelihatannya berbeda, tetapi
tidak terlalu signifikan. Pemahaman tentang entrepreneur atau
wirausaha/ wiraswasta yang lebih bisa diterima akal sehat, namun hingga
sekarang kita masih mendengar pemahaman tentang entrepreneur atau
wirausaha/ wiraswasta ini yang berbau mitos sehingga berpengaruh terhadap
asumsi dan persepsi kita. Akibatnya banyak di antara kita yang gagal mewujudkan
berwirausaha karena keliru memahami, membangun asumsi dan persepsi tentang
wirausaha.
Entrepreneur memang bisa
merupakan bakat, namun bisa dibentuk. Yang pasti, kita bukan tidak bisa menjadi entrepreneur yang
sukses. Banyak cerita tentang orang yang mempunyai mitos yang salah tentang entrepreneurship.
Mitos yang salah akan menciptakan rasa takut yang menjadi penghalang utama
seseorang untuk memutuskan memulai usaha. Dalam makalah ini kami akan mencoba,
memberikan penjelasan secara singkat tentang dunia wirausaha, pengertian
wirausaha, karakteristik wirausaha, motivasi berwirausaha, tujuan dan manfaat
wirausaha serta kerugian berwirausaha.
II. Hadis
A. Hadis
Ashim bin Ubaidillah tentang kecintaan Allah terhadap orang yang berkarya
عن عاصم بن عبد الله ، عن سالم ، عن
أبيه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : { إن الله يحب المؤمن المحتر }
وفي رواية ابن عبدان : { الشاب المحترف
}
( أخرجه البيهقي )
Dari Ashim bin
Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata, Rasulullah SAW. telah
bersabda “sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang berkarya/ bekerja
keras.” Dan di dalam riwayat Ibnu Abdan, “pemuda yang berkarya/ bekerja keras.”
(H.R. Baihaqy)
B. Hadis Anas bin Malik tentang
keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat
عَنْ أَنَسَ بْنِ مَلِكٍ قَالَ ،
قَالَ رَسُلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ بِخَيْرِكُمْ مَنْ
تَرَكَ دُنْيَاهُ لآخِرَتِهِ وَلا آخِرَتُهُ لِدُنْيَاهُ حَتىَّ يُصِيْبُ
مِنْهُمَا جَمِيْعًا فَإِنَّ الدُّنْيَ بَلاغٌ إِلَى الآخِرَةِ وَلاَتَكُوْنُوْا
كلاَّ عَلَى النَّاس
( رواه الديلمي وابن عساكر )
Dari Anas bin Malik
ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: bukankah orang yang paling baik di antara
kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau
meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya.
Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat.
Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (H.R. Ad Dailamy dan Ibnu Asakir)
C. Hadis Miqdam bin Ma’dikariba
tentang Nabi Daud makan dari usahanya sendiri
عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ
مَعْدِيَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ
قَالَ : مَا أَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ
يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِيَّ الله دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَم كَانَ يَأْكُلُ مِنْ
عَمَلِ يَدِهِ.[1]
(رواه البخارى )
Dari Al-Miqdam bin
Ma’dikarib RA. : Nabi SAW. bersabda, “tidak ada makanan yang lebih baik dari
seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri.
Nabi Allah, Daud AS. makan dari hasil keringatnya sendiri.” (H.R. Al Bukhori)[2]
III. Pembahasan
Semua yang ada di
dunia ini merupakan ciptaan Allah termasuk harta. Oleh karenanya harta pun
sebenarnya juga milik Allah. Manusia hanya memanfaatkan dan mengelolanya sesuai
dengan ketentuan syari’ah. Seorang wirausaha yang berbasis syari’ah yakin betul
dengan ketentuan tersebut, dan ia dipandu oleh iman untuk mencari dan mengelola
harta, serta memanfaatkannya sesuai ketentuan syari’ah.
A. Pengertian
Wirausaha
Wirausaha/
wiraswasta atau yang sering dipadankan dengan entrepreneur, secara
bahasa (etimologis) wira berarti perwira, utama, teladan, berani. Swa berarti
sendiri, sedangkan sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta keberanian berdiri
sendiri di atas kaki sendiri.[3] Dengan
demikian pengertian wiraswasta atau wirausaha sebagai padanan entrepreneur adalah
orang yang berani membuka lapangan pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada
gilirannya tidak saja menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan
masyarakat, karena dapat menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.[4]
Isi kandungan hadis
pertama menjelaskan bahwa Allah SWT. suka atau lebih mencintai hamba-hambanya
yang mukmin untuk berkarya atau bekerja keras. Dengan demikian bisa diambil
poin penting dari hadis pertama tentang berkarya. Dalam berwirausaha, seseorang
harus mempunyai jiwa untuk berkarya, dan biasanya mereka mempunyai
karakteristik-karakteristik berwirausaha yang melekat pada dirinya.
B. Karakteristik
Wirausaha
Berwirausaha
mempunyai beberapa karakteristik yang menonjol, di antaranya adalah:
1.
Proaktif, suka mencari informasi yang
ada hubungannya dengan dunia yang digelutinya, agar mereka tidak ketinggalan
informasi sehingga segala sesuatunya dapat disikapi dengan bijak dan tepat.
2.
Produktif, mementingkan pengeluaran yang
bersifat produktif daripada yang bersifat konsumtif merupakan kunci untuk
sukses. Memperhitungkan dengan teliti, dan cermat dalam memutuskan pengeluaran
uang untuk hal-hal yang produktif bisa menekan kecenderungan pada hal-hal yang
bersifat kemewahan, dan gengsi yang tidak menghasilkan keuntungan.
3.
Pemberdaya, memahami manajemen,
menangani pekerjaan dengan membagi habis tugas dan memberdayakan orang lain
dalam pembinaannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian di
satu sisi tujuan bisnisnya tercapai, dan di sisi lain orang yang bekerja
padanya juga di berdayakan sehingga mendapat pengalaman, yang pada gilirannya
nanti dapat berdiri sendiri berkat pemberdayaan yang dilakukan oleh
pemimpinnya. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad
SAW. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin harus
bertanggung jawab atas kepemimpinannya”.
4.
Tangan di atas, setiap rezeki yang
diterima harus ada sebagian yang dibagikan kepada orang-orang yang kurang
beruntung yang diberikan secara ikhlas. Bagi para wirausaha tangan di atas
(suka memberi) ini merupakan hal penting dalam hidupnya karena setiap pemberian
yang ikhlas menambah kualitas dan kuantitas rezekinya dan hidupnya penuh
berkah. Itulah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. dalam salah satu hadisnya “Tangan
di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah”.
5.
Rendah hati, sejatinya menyadari
keberhasilan yang dicapainya bukan sepenuhnya karena kehebatannya, tetapi ia
sadar betul di samping upayanya yang sungguh-sungguh ia juga tidak terlepas
dari pertolongan Allah, dan harus diyakini betul bagi para wirausaha muslim,
sehingga akan selalu bersyukur dan tawadhu (rendah hati).
6.
Kreatif, mampu menangkap dan
menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan, sehingga ia tidak
pernah khawatir kehabisan lahan bisnisnya.
7.
Inovatif, sifat inovatif selalu
mendorong kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis. Mampu
melakukan pembaruan-pembaruan dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga
bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti
perkembangan zaman.[5]
Bekerja keras
bernilai ibadah dan mendapat pahala apabila dilakukan dengan ikhlas, Islam
memposisikan bekerja sebagai kewajiban kedua setelah shalat. Dengan bekerja itu
bernilai ibadah, maka segala yang kita kerjakan harus sesuai dengan tuntutan
ibadah dan tidak bertentangan dengan ketentuan syari’ah. Semua yang
kita lakukan dalam berwirausaha akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
ketika nanti kita berhadapan dengan pengadilan Allah di hari kiamat. Baik cara
mendapatkannya, mengumpulkannya, sumber kehalalannya, serta pemanfaatan harta
yang dikumpulkan.
Bekerja keras
dengan etos kerja Islami maksudnya bekerja yang didasari budaya kerja Islami
yang bertumpu pada akhlakul karimah. Ciri-ciri orang yang bekerja
dengan etos kerja Islami nampak pada sikap dan prilaku dalam kehidupan
sehari-hari yang dilandasi oleh keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja
itu ibadah dan berprestasi itu indah. Berikut sikap dan Prilaku tersebut :
1. Menghargai
waktu
2. Ikhlas
3. Jujur
4. Komitmen
5. Istiqomah
6. Disiplin
7. Konsekuen
8. Percaya
diri
9. Kreatif
10. Bertanggung
jawab
11. Leadership
12. Berjiwa
wirausaha
Kemudian dalam
penjelasan hadis yang kedua, berkaitan dengan keseimbangan hidup di dunia dan
di akhirat. Kehidupan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa hidup di
dunia akan ada akhirnya, dan bekal hidup di akhirat hanyalah amal shaleh yang
kita lakukan selama hidup di dunia. Sebagai umat Islam kita dilarang untuk
menjadi beban orang lain, maka dari itu kita harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan kemampuan kita sendiri.
Keselarasan hidup
di dunia dan di akhirat juga disebutkan dalam hadis lain riwayat Ibnu Asakir, “Bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan kamu hidup untuk selamanya. Dan bekerjalah untuk
akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”. Maksudnya hadis ini ialah
menggambarkan kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi, yakni bagaimana
seseorang menjalani kedua kehidupan tersebut.[6]
C. Membangun
Motivasi Wirausaha
Agar kita dapat
melaksanakan keseimbangan hidup tersebut perlu adanya motivasi-motivasi dalam
diri untuk membangun kita agar hidup ini lebih bermanfaat. Dalam hal ini lebih
ditekankan pada aspek membangun motivasi wirausaha,
1.
Niat yang baik, merupakan pondasi
dari amal perbuatan, sebagaimana hadis Rasulullah, “Sesungguhnya amalan
itu tergantung pada niatnya. Dan seseorang sesuai dengan apa yang ia niatkan”.
2.
Membulatkan tekad, berani melangkah
dapat mewujudkan keberhasilan daripada setengah-setengah atau tidak berani
bertekad dipastikan gagal.
3.
Percaya pada takdir dan ridha, dalam
hal ini kita berpikir positif.
4.
Belajar dari filsafat alam, berawal
dari yang kecil.
5.
Belajar dari pengalaman wirausaha
yang sukses.
6.
Berinteraksi dengan akhlak, akhlak
menempati posisi puncak dalam rancang bangun ekonomi Islam.
7.
Mengikuti program pengembangan,
mengikuti kegiatan sosialisasi dan advokasi kewirausahawan agar dapat
menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan.
8.
Kunjungan kerja, melakukan kunjungan
ke sentra-sentra kegiatan ekonomi/ industri yang lebih maju.
9.
Kerja sebagai ibadah, dalam hal ini
bekerja dengan ikhlas karena Allah.
10.
Bersyukur, merupakan konsekuensi
logis dari bentuk rasa terima kasih atas nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan
selama ini kepada kita.[7]
Hadis ketiga
anjuran makan dari hasil usaha sendiri. Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya
supaya berusaha memenuhi hajat hidup dengan jalan apapun menurut kemampuan asal
jalan yang ditempuh itu halal. Penjelasan hadis di atas bahwasanya Nabi Daud
AS. di samping sebagai Nabi dan Rasul, juga seorang raja. Namun demikian,
sebagaimana diceritakan Nabi SAW. dalam hadis beliau ini, bahwa apa yang
dimakan oleh Nabi Daud adalah jerih payahnya sendiri dengan bekerja yang
menghasilkan sesuatu sehingga dapat memperoleh uang untuk keperluan hidupnya
sehari-hari. Di antaranya sebagaimana dikisahkan dalam al-Quran, bahwa Allah
menjinakkan besi buat Nabi Daud sehingga ia bisa membuat aneka macam pakaian
besi.[8]
Kerja dalam
pengertian luas adalah bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal
materi atau nonmateri, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan
dengan masalah keduniaan atau keakhiratan. Adapun pengertian kerja secara
khusus adalah potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya
berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidupnya. Islam
mempunyai perhatian besar terhadap kerja, baik dalam pengertiannya yang umum
maupun khusus. Dalam tradisi Islam, kerja dinilai sebagai sesuatu yang paling
tinggi, dan di lingkungan birokrasi pemerintah dan politik, kerja masuk dalam
kategori profesi yang sulit.[9]
Islam berpendapat
bahwa seseorang tidak dapat hidup tanpa yang lain, demikian juga para pekerja
terhadap yang lain. Akan tetapi, Islam tidak melarang pemberian definisi
pekerja sebagai seseorang yang mencari upah, baik pekerja tetap seperti pegawai
negeri (biasanya golongan ini tidak masuk dalam definisi kerja secara
terminologi), pekerja di suatu perusahaan, koperasi, dagang, maupun para
pekerja sebagaimana pengertian dewasa ini, serta pekerja dengan gaji yang tidak
tetap dan disesuaikan dengan pekerjaannya, semisal kuli dan tukang kayu.
D. Tujuan
dan Manfaat Kewirausahaan bagi Mahasiswa
Sejak dini, cara
berpikir orang muda perlu dibuka untuk mengetahui manfaat penting menjadi entrepreneur atau
wirausahawan. Jangan sampai ketekunan belajar di sekolah atau perguruan tinggi
hanya mengarah pada satu target, yaitu mencari kerja saja.
Beberapa tujuan dan
manfaat mempelajari kewirausahaan bagi mahasiswa dan dunia pendidikan, yaitu:
1.
Pendidikan saja sudah tidak
cukup menjadi bekal untuk masa depan.
2.
Kewirausahaan bisa diterapkan di
semua bidang pekerjaan dan kehidupan.
3.
Ketika lulusan perguruan tinggi
kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK, kewirausahaan bisa menjadi
langkah alternatif untuk mencari nafkah dan bertahan hidup.
4.
Agar sukses di dunia kerja atau
usaha, tidak cukup orang hanya pandai bicara, yang dibutuhkan adalah bukti
nyata/ realitas.
5.
Memajukan perekonomian Indonesia dan
menjadi lokomotif peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
6.
Meningkatkan pendapatan keluarga dan
daerah yang akan berujung pada kemajuan ekonomi bangsa.
7.
Membudayakan sikap unggul, prilaku
positif, dan kreatif.
9.
Dapat memanfaatkan peluang motif
berprestasi.
10.
Dapat memanfaatkan waktu-waktu lowong
yang ada dalam kehidupan kita.
11.
Membantu anggota masyarakat dalam
hal, menyediakan barang/ jasa keperluan hidup, membimbing/ mendidik calon-calon
wirausahawan yang berminat terjun ke dunia wirausaha, dan turut membuka
kesempatan pekerjaan bagi masyarakat.
E. Kerugian
Berwirausaha
Kerugian
berwirausaha, yaitu:
1.
Banyak menyita waktu sehingga sedikit
sekali kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, terutama di awal-awal
membangun/ mendirikan usaha.
2.
Beban tanggung jawab menumpuk pada
diri sendiri, terutama di tahap-tahap awal membangun/ mendirikan usaha.
3.
Margin keuntungan relatif kecil,
terutama di awal-awal membangun/ mendirikan usaha, biasanya hanya menggunakan
modal/ dana yang ada pada diri sendiri (terbatas) sehingga jumlah keuntungan
juga terbatas.
IV. Penutup
Wirausaha adalah
orang yang berani membuka lapangan pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada
gilirannya tidak saja menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan
masyarakat, karena dapat menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.
Berwirausaha
mempunyai beberapa karakteristik yang menonjol, di antaranya adalah proaktif,
produktif, pemberdaya, tangan di atas, rendah hati, kreatif, dan inovatif.
Membangun motivasi
wirausaha di antaranya ialah, niat yang baik, membulatkan tekad, percaya pada
takdir dan ridha, belajar dari filsafat alam, belajar dari pengalaman wirausaha
yang sukses, berinteraksi dengan akhlak, mengikuti program pengembangan,
kunjungan kerja, kerja sebagai ibadah, bersyukur.
Tujuan dan manfaat
mempelajari kewirausahaan bagi mahasiswa dan dunia pendidikan, yaitu:
Pendidikan saja sudah tidak cukup menjadi bekal untuk masa depan. Kewirausahaan
bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Ketika lulusan
perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK,
kewirausahaan bisa menjadi langkah alternatif untuk mencari nafkah dan
bertahan hidup. Agar sukses di dunia kerja atau usaha, tidak cukup orang hanya
pandai bicara, yang dibutuhkan adalah bukti nyata/ realitas. Memajukan
perekonomian Indonesia dan menjadi lokomotif peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa Indonesia. Meningkatkan pendapatan keluarga dan daerah yang
akan berujung pada kemajuan ekonomi bangsa. Membudayakan sikap unggul, prilaku
positif, dan kreatif. Menjadi bekal ilmu untuk mencari nafkah, bertahan hidup,
dan berkembang.
Kerugian
berwirausaha yaitu, margin keuntungan relatif kecil, beban tanggung jawab
menumpuk pada diri sendiri, banyak menyita waktu
Akhirnya hanya
kepada Allah jualah penulis pasrah dan berserah diri, apabila dalam penulisan
ini terdapat kesalahan, itu hanya semata karena didasari kemampuan penulis
sangat minim pengetahuan agamanya, dan karena dari setan ar-rajim,
akan tetapi sebaliknya apabila ada kebenaran, penulis yakin itu semata hanya
merupakan taufik, maunah dan ridha Allah Azza wa Jalla. Semoga makalah ini
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ma’ruf. Wirausaha
Berbasis Syari’ah. Banjarmasin: Antasari Press. 2011.
Al Khayyath, Abdul
Aziz. Etika Bekerja Dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
1994.
Al-Qasthalani, Imam
Syihabuddin Ahmad Bin Muhammad. Irsyadus Syari’, Syarah Shahih al
Bukhori. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah. 1996.
Chaniago, Buya H.M.
Alfis dan Saiful El-Usmani. Kumpulan Hadis Pilihan. Jakarta: Dewan
Mubaligh Indonesia. 2008.
Hasyim, Husaini A.
Majid. Syarah Riyadhush Shalihin 2. Surabaya, PT Bina Ilmu.
1993.
Hendro. Dasar-dasar
Kewirausahaan Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki
Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga. 2011.
Muhammad bin Allan. Dalilul
Falihin Juz 2. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah. 1995.
Rahardjo, Handri. Kalo
Gak Mau Kaya, Jangan Berwirausaha. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala. 2009.
sumber makalah ini: Sumber : http://hadistarbawi.blogspot.com/2013/01/berwirausaha-i.html
No comments:
Post a Comment