Dalam buku ini terdapat setidaknya banyak hal yang berkaitan dengan
manajer. Hanya saja penulishanya akan lebih memfokoskan pada bab ke III, yakni
pengelolaan wau yang efektif.
Mungkin
sebelum penulis memberikan komentar dan konklusi dari tulisan ini, penulis akan
menuliskan 14 kaidah praktis yang di berikan penulis buku ini dalam manajemen
waktu yang berhasil yakni:
1.
Analisislah sikap manajemen
waktu Anda. Setelah itu simpulkan bagaimana kecakapan Anda dalam mengaturnya.
2.
Rasakanlah betapa penting dan
bernilainya waktu. Juga sejauh mana kebutuhan Anda untuk mengaturnya.
3.
Susunlah prioritas dan
jagalah selalu kewajiban Anda.
4.
Ketahuilah hal-hal yang Anda
butuhkan agar dapat mengatur waktu dengan efektif.
5.
Kethuilah hal-hal yng
menghalangi Anda dalam mengatur watu lalau hindarilah hal-hal itu.
6.
Bercerminlah kepada
tokoh-tokoh yang sukses dalam mengatur waktu.
7.
Mengidintifikasi
faktro-faktor terbengkalainya waktu serta bagaimana solusinya.
8.
Ubahlah kesalahan sudut pandang
Anda mengenai optimalisasi waktu.
9.
Pelajari cara mengadakan
pertemua yang cepat dan menghasilkan.
10.
Pelajariah cara terbaik dalam
mendelegasikan tugas.
11.
Pelajarilah cara mengatur
waktu istirahat.
12.
Pelajari beberapa contoh cara
mengatur waktu yng efektif.
13.
Praktik dan sarana praktis
pendidikan optimalisasi waktu.
14. Latihlah
orang lain bagaimana cara menggunakan waktu.
Ya itulah beberapa tips dari penulis buku yang diberikan kepada
kita. Dari semua itu penulis buku menjelaskan secara gamblang dan panjang
lebar. Begitu pula sang penulis buku memberikan banyak contoh yang bisa di
ambil untuk dijadikan sebagai acuan dan jalan guna tercapainya semua lini dari
14 kaidah tersebut.
Sebelum masuk kedalam pengerjaan tugas, Penulis sendiri akan
memberikan sedikit gambaran dari penulis pribadi mengenai waktu dan gambaran waktu
dengan cara pandang dan gambaran penulis sendiri.
Penulis sendiri punya pandangan mengenai waktu, mungkin itu didapat
setelah penulis banyak membaca buku dan berlatih dengan orang-orang yang hebat.
Penulis mempunyai pandangan. Kita hidup sehari semalam sebanyak 24 jam. Penulis
pernah berfikir, jika 24 itu di kurangi dengan kegiatan-kegiatan maka 24 itu
akan berkurang, dan kurangnya itu bisa bermamfaat dan bisa juga tidak
bermamfaat. Bisa berbahaya dan bisa juga tidak berbahaya. Anggaplah 24 itu di
kurangi dengan satu jam duduk ria dan bersantai di warkop atau duduk ria
ditemani dengan PS atau mbah Facebook atau Kiai Twitter, maka
waku yang kita miliki tinggal 23 jam. Mungkin kita akan berdalih, “hati kita
itu kalau di paksa melakukan banyak hal bisa mati” okelah, bisa semacam itu,
karena itu memang dauh dari sayyidina Ali ra. Tapi yang mungkin perlu
ditanyakan, kenapa untuk yang santai ria dan bersenang-senang harus
berlama-lama dan sampai beberapa jam. Sedang untuk mengerjakan tugas atau
belajar untuk persiapan masa depan. Kita hanya mengalokasikan waktu beberapa
detik tidak lebih. Bahkan ketika sudah agak lama belajar atau agak lama sekolah
maka akan keluar ungkapan “belajar itu gak usah lama-lama, yang penting
diamalkan”.
Ya mungkin itulah salah satu alasan kenapa kita (Indonesia) tidak maju
seperti bangsa-bangsa lain. Kalau kita pernah membaca tentang cerita CT, Chirul
Tanjung, kala pertama kalinya mengembangkan perusahaannya, dia sampai tengah
hari tidak tidur untuk memikirkan dan menjalankan bisnis tersebut dengan
sungguh-sungguh. Kalau kita, giliran nonton dan maen game serius dan gak bisa
di ganggu. Begitupula dengan Dahlan Iskan, dia bahkan pertama kalinya terjun
menjadi pemilik jawa pos, dia terjun sendiri mengontrol dan melihat peretakan,
penulisan berita, dan pemasaran. Dan Dahlan Iskan membangun tehnik kerja yang
bagus didukung dengan perhitungan waktunya yang mapan. “ketika di cetak jam 4
pagi, maka pendistribusian untuk wilayah pedalaman Kalimantan bisa sampai jam 9
siang, itu berarti kurang bagus untuk keberlanjutan korannya, akhirnya dia
mencari jalan keluar untuk itu, sehingga diketemukanlah cara, cetak jarak jauh.
Yang sehingga dari itu, Koran pesaing belum sampai ke tangan pembaca, Koran
jawa pos sudah sampai beberapa jam sebelumnya kepada para pelanggannya. Dan
terus semacam itu. Itulah urgensitas waktu dan itulah orang-orang yang mengerti
tentang harga dan pentingnya waktu, sebagaimana Imam Ibnul Jauzi, Imam Hasan
al-Banna, As-Syekh Abdul Hamid bin Badis, itulah ulama-ulama yang mengerti dan
menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, sehingga di umur mereka yang
rata-rata mereka bisa menghasilkan puluhan bahkan sampai ratusan karya tulis
yang menjadi kenangan tersendiri buat kita sekarang.
Kita hidup diantara detik-detik, menit-menit, dan jam-jam. Kita
sering mendengar, jam 8 sekarang tidaklah sama dengan jam 8 yang kemaren. Begitupun
jam 7 kemaren juga tidak sama dengan jam 7 yang sekarang. Karena setiap detik
kita mempunyai tugas baru dan urusan baru.
Ya itulah waktu, dengan 24 jam ada yang bisa mengurus Negara, ada yang 24 jam bisa
mengurus ratusan bahkan ribuan perusahaan, ada yang dengan 24 jam mampu
mengurus banyak permasalahan dan menyelesaikannya, begitupun juga ada yang
dengan 24 jam mengurus dirinya sendiri juga tidak bisa.
Ada sebuah ungkakpan yang penulis kutip dari buku di atas:
“nilai sepotong besi”
Sepotong besi biasa bernilai
5 dollar
Jika di buat menjadi sepatu
kuda akan bernilai 11 dollar
Jika di buat jarum akan
bernilai 355 dollar
Jika di buat pisau akan
bernilai 2.285 dollar
Jka di buat jarum jam bernilai
250 ribu dollar
Begitu pula waktu, seperti
besi tadi.
Sebesar apa usaha Anda untuk
mengatur waktu dan menggunakannya,
sebesar itu pula pertambahan nilainya.
Ya itulah urgensitas waktu, ketika kita salah mengunakan waktu maka
kita akan terkepung dengan kewajiban dan tugas baru yang terus menuntut dan
menunggu untuk kita selesaikan.
Oleh karenanya, seorang manajer, seorang ceo, dan seorang pengelola
perusahaan harus mengerti dan paham betul tentang seluk beluk waktu. Hanya saja
yang menjadi permasalahan ketika sang pemimpin sangat menjaga dan memperhatikan
waktu sedang bawahannya tidak begitu peduli dengan waktu, maka menunda-nundalah
yang terjadi yang dari ini (menunda-nunda) akan lahir sebuah kegagalan yang
nyata.
Ketika kita ingin tahu betapa berharganya sebuah waktu, tanyalah
pada orang yang ketinggalan pesawat terbang, ketika anda ingin tahu betapa
berharganya waktu, tanyalah pada orang-orang yang sedang sibuk mengerjakan
suatu pekerjaan namun juga belum menyelesaikannya sedang dedline sudah habis. Ya
bagi mereka waktu sangat berharga. Tapi bagi mereka-mereka yang dihatinya
tertanam “masih ada nanti” maka waktu tidaklah ada harganya sama sekali
buat mereka.
Iktitam, kita mau yang mana? 24 jam bisa mengatur Negara, atau 24
jam mengurus diri sendiri aja tidak bisa?
Kembali lagi, hidup adalah pilihan, dan dalam setiap pilihan ada
konsekwensi yang harus ditanggung. Konsewensi yang berkaitan dengan diri
sendiri atau konskwensi yang berkaitan dengan orang banyak.
Hanya orang-orang tertentulah yang di beritahu oleh-Nya tentang
urgensitas ilmu, dan tentang urgensitas waktu.
#Tugas Leadhership Waktu Masih Di Matrikulasi
No comments:
Post a Comment