15
tahun yang lalu, aku bermain disekitarmu, 15 tahun yang lalu aku duduk ditangga
tempat naik kelantai 2 untuk bersantai, 15 tahun yang lalu aku bermain kelereng,
bermain balogo, bermain benteng, bermain enggrang, bermain karet, dan bermain
segala permainan pada musimnya masing-masing.
Ya,
madrasah itu, adalah tempat pertama aku mengenal ilmu selain dari guru-guru
pribadi, dimadrasah itu aku pernah nangis, dimadrasah itu pula aku pernah
berdiri karena tidak hafal, dimadrasah itu pula aku pernah bersedih karena
tidak mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, dimadrasah itulah aku tumbuh, aku
belajar mengenal kehidupan, aku belajar mengenal arti persahabatan, aku mengenal
arti tolong menolong, aku mengenal arti membantu dan peduli pada orang lain. Ya
madrasah itu, madarah Raudhatul Ulum.
Berdiri
dipedalaman yang terpencil, disebuah desa yang jauh dari keramaian, tepatnya di
Gunung Batu Sambung Makmur Banjarmasin Kal-Sel. Entah sudah berumur berapa
tahun madrasah itu, yang jelas madrasah itu berdiri sejak perpindahan dari
madrasah lama ke madrasah baru itu.
Ya
itulah madrasahku, madrasah desa yang
hanya berkapur tulis, disana tidak ada LCD tidak ada Proyektor, tidak ada
perpustakaan lengkap untuk belajar dan menelan banyak ilmu, disana tidak ada
taman bermain yang bisa membuat mereka para murid semangat untuk belajar, ya
disana bukanlah tempat yang sempurna. Kadang kala ketika aku berdiri memandang
madrasah itu aku bergumam didalam hati “Kapan desa ini akan maju dalam bidang
agama, jika madrasahnya hanya seperti ini?”. Tapi jika dibanding tidak ada sama
sekali itu sudah merupakan kemulyaan.
Ya,
disanalah aku berada, 15 tahun yang lalu. Aku tidak pernah tahu dan tidak
pernah terbayangkan akan berada di Bogor jawa barat tepatnya di perumahan
Azzikra sekarang, juga tidak pernah terbayang akan bisa kuliah diBogor dan
dibiayai juga. Memang masa depan tidak ada yang tahu.
Ya
itulah madrasahku, kecil namun bertingkat 2, bermurid sekitar 60 orang, yang
besar sedikit berhenti karena malu dengan teman-temannya yang lain. Yang sudah
agak berumur berhenti karena meneruskan rumah tangga. Yang agak nakal berhenti
dan lebih memilih bekerja dikebun karet atau batu bara daripada belajar dan
mencari ilmu dimadrasah dengan bangku usang tersebut.
Masuk
kelaspun tak pasti, peraturannyapun tak begitu jelas, yang pasati dan yang
kelihatan adalah “mengajar dan belajar”.
Guru-gurunyapun
bukanlah para alumni-alumni pondok pesantren besar, kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang peduli dan perhatian pada agama dan masa depan para anak-anak
kecil, toh walaupun kadang kepedulian itu tidak begitu dihiraukan dan tidak
diperdulikan oleh orang tua murid yang ada.
Ya
itulah madrasahku, dan langgar tempat aku mengajipun juga bernama Raudhatul
Ulum, makanya kami sering menyebut diri kami sebagai “KELUARGA BESAR MADRASAH
RAUDHATUL ULUM”.
Malam
ini, madrasahku mengadakan “HAFLATUL IMTIHAN” penutupan tahun ajaran karena
akan libur menyambut bulan puasa. Nanti malam akan mengadakan haflah, dan bagi
teman-teman yang dekat dengan madrasah itu, datang ya, itu adalah masa lalu
aku, masa 15 tahun silam, aku pernah duduk disana, pernah tertawa disana,
pernah bersedih disana, pernah menangis disana, pernah berpeluh, pernah
berkeringat, pernah dimarahin, pernah ngaji kitab, pernah jamaah asar, pernah
sibuk dengan hal-hal yang pada dasarnya aku tidak begitu suka. Tapi itulah
madrasahku, dan itu adalah bagian dari hidupku, aku selalu bangga dengan
madrasah itu, toh walaupun aku hanya sampai kelas 5. Aku selalu bangga
mengatakan jikalau aku bersekolah disekolah pedesaan dan pedalaman, aku selalu
bangga dengan madrasahku, aku bangga dengan pondok pesantrenku, aku bangga
dengan guru-guruku, bahkan kala sempat aku menyebut nama-nama mereka semua
dalam doaku.
Nanti
malam, datang ya, yang dikalimantan selatan Banjarmasin.
Doakan
juga untuk semua, karena saat ini madrasah itu sedang dalam pelebaran dan
pembesaran, doakan semoga tidak hanya besar gedungnya, tapi juga besar
kualitasnya, tidak hanya megah kelihatannya, tapi memang megah dari akarnya.
Madrasahku,
aku mencintaimu.
Sore
tadi juga Babah sempat nelpon memberitahukan kalau nanti malam adalah perayaan,
namun aku tidak bisa pulang karena memang ujian akhir sekolah masih tinggal 1
besok.
Madrasahku,
aku merindukanmu, aku akan pulang kelak insyaalah pada 2020 kelak, setelah aku
mengabdi untuk SIDOGIRI dan setelah aku menjalankan tugasku.
Madrasahku,
selamat menjalankan imtihanan, dan selamat sukses untuk runtutan acaranya yang
sudah dimulai 3 hari sebelumnya, baik dengan lomba abaca kitab dan yang lain.
Madrasahku,
selamat. Aku merindukanmu, selamat dan jangan lupa datang ya,... bagi yang
dekat-dekat dan masih di daerah banjarmasin.
#bantu
share ya...
No comments:
Post a Comment