Pages

#Tugas Leadhership Judul buku : Menjadi MANAJER SUKSES, terjemah dari buku asal“silsilah at-Tatwiir adz-Dzaati”

Monday, June 16, 2014
Judul buku       : Menjadi MANAJER SUKSES, terjemah dari buku asal“silsilah at-Tatwiir adz-Dzaati”
Penulis               : Muhammad Abdul Jawwad
Pernejamah    : Abdul Hayyie al Kattani’ dkk
Penerbit awal: Darul Batsir Lil Tasaqafati wal-Ulum
Penertbit          : Gema Insani
Hal                        : 447 halaman
Harga                  : 86.900

Dalam buku ini terdapat setidaknya banyak hal yang berkaitan dengan manajer. Hanya saja penulishanya akan lebih memfokoskan pada bab ke III, yakni pengelolaan wau yang efektif.
Mungkin sebelum penulis memberikan komentar dan konklusi dari tulisan ini, penulis akan menuliskan 14 kaidah praktis yang di berikan penulis buku ini dalam manajemen waktu yang berhasil yakni:

1.      Analisislah sikap manajemen waktu Anda. Setelah itu simpulkan bagaimana kecakapan Anda dalam mengaturnya.
2.     Rasakanlah betapa penting dan bernilainya waktu. Juga sejauh mana kebutuhan Anda untuk mengaturnya.
3.      Susunlah prioritas dan jagalah selalu kewajiban Anda.
4.     Ketahuilah hal-hal yang Anda butuhkan agar dapat mengatur waktu dengan efektif.
5.      Kethuilah hal-hal yng menghalangi Anda dalam mengatur watu lalau hindarilah hal-hal itu.
6.     Bercerminlah kepada tokoh-tokoh yang sukses dalam mengatur waktu.
7.      Mengidintifikasi faktro-faktor terbengkalainya waktu serta bagaimana solusinya.
8.     Ubahlah kesalahan sudut pandang Anda mengenai optimalisasi waktu.
9.     Pelajari cara mengadakan pertemua yang cepat dan menghasilkan.
10. Pelajariah cara terbaik dalam mendelegasikan tugas.
11.  Pelajarilah cara mengatur waktu istirahat.
12. Pelajari beberapa contoh cara mengatur waktu yng efektif.
13.  Praktik dan sarana praktis pendidikan optimalisasi waktu.
14. Latihlah orang lain bagaimana cara menggunakan waktu.

Ya itulah beberapa tips dari penulis buku yang diberikan kepada kita. Dari semua itu penulis buku menjelaskan secara gamblang dan panjang lebar. Begitu pula sang penulis buku memberikan banyak contoh yang bisa di ambil untuk dijadikan sebagai acuan dan jalan guna tercapainya semua lini dari 14 kaidah tersebut.

Sebelum masuk kedalam pengerjaan tugas, Penulis sendiri akan memberikan sedikit gambaran dari penulis  pribadi mengenai waktu dan gambaran waktu dengan cara pandang dan gambaran penulis sendiri.
Penulis sendiri punya pandangan mengenai waktu, mungkin itu didapat setelah penulis banyak membaca buku dan berlatih dengan orang-orang yang hebat. Penulis mempunyai pandangan. Kita hidup sehari semalam sebanyak 24 jam. Penulis pernah berfikir, jika 24 itu di kurangi dengan kegiatan-kegiatan maka 24 itu akan berkurang, dan kurangnya itu bisa bermamfaat dan bisa juga tidak bermamfaat. Bisa berbahaya dan bisa juga tidak berbahaya. Anggaplah 24 itu di kurangi dengan satu jam duduk ria dan bersantai di warkop atau duduk ria ditemani dengan PS atau mbah Facebook atau Kiai Twitter, maka waku yang kita miliki tinggal 23 jam. Mungkin kita akan berdalih, “hati kita itu kalau di paksa melakukan banyak hal bisa mati”okelah, bisa semacam itu, karena itu memang dauh dari sayyidina Ali ra. Tapi yang mungkin perlu ditanyakan, kenapa untuk yang santai ria dan bersenang-senang harus berlama-lama dan sampai beberapa jam. Sedang untuk mengerjakan tugas atau belajar untuk persiapan masa depan. Kita hanya mengalokasikan waktu beberapa detik tidak lebih. Bahkan ketika sudah agak lama belajar atau agak lama sekolah maka akan keluar ungkapan “belajar itu gak usah lama-lama, yang penting diamalkan”.
Ya mungkin itulah salah satu alasan kenapa kita (Indonesia) tidak maju seperti bangsa-bangsa lain. Kalau kita pernah membaca tentang cerita CT, Chirul Tanjung,kala pertama kalinya mengembangkan perusahaannya, dia sampai tengah hari tidak tidur untuk memikirkan dan menjalankan bisnis tersebut dengan sungguh-sungguh. Kalau kita, giliran nonton dan maen game serius dan gak bisa di ganggu. Begitupula dengan Dahlan Iskan, dia bahkan pertamakalinya terjun menjadi pemilik jawa pos, dia terjun sendiri mengontrol dan melihat peretakan, penulisan berita, dan pemasaran. Dan Dahlan Iskan membangun tehnik kerja yang bagus didukung dengan perhitungan waktunya yang mapan. “ketika di cetak jam 4 pagi, maka pendistribusian untuk wilayah pedalaman Kalimantan bisa sampai jam 9 siang, itu berarti kurang bagus untuk keberlanjutan korannya, akhirnya dia mencari jalan keluar untuk itu, sehingga diketemukanlah cara, cetak jarak jauh. Yang sehingga dari itu, Koran pesaing belum sampai ke tangan pembaca, Koran jawa pos sudah sampai beberapa jam sebelumnya kepada para pelanggannya. Dan terus semacam itu. Itulah urgensitas waktu dan itulah orang-orang yang mengerti tentang harga dan pentingnya waktu, sebagaimana Imam Ibnul Jauzi, Imam Hasan al-Banna, As-Syekh Abdul Hamid bin Badis, itulah ulama-ulama yang mengerti dan menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, sehingga di umur mereka yang rata-rata mereka bisa menghasilkan puluhan bahkan sampai ratusan karya tulis yang menjadi kenangan tersendiri buat kita sekarang.
Kita hidup diantara detik-detik, menit-menit, dan jam-jam. Kita sering mendengar, jam 8 sekarang tidaklah sama dengan jam 8 yang kemaren. Begitupun jam 7 kemaren juga tidak sama dengan jam 7 yang sekarang. Karena setiap detik kita mempunyai tugas baru dan urusan baru.
Ya itulah waktu, dengan 24 jam ada yang  bisa mengurus Negara, ada yang 24 jam bisa mengurus ratusan bahkan ribuan perusahaan, ada yang dengan 24 jam mampu mengurus banyak permasalahan dan menyelesaikannya, begitupun juga ada yang dengan 24 jam mengurus dirinya sendiri juga tidak bisa.

Ada sebuah ungkakpan yang penulis kutip dari buku di atas:

“nilai sepotong besi”

Sepotong besi biasa bernilai 5 dollar
Jika di buat menjadi sepatu kuda akan bernilai 11 dollar
Jika di buat jarum akan bernilai 355 dollar
Jika di buat pisau akan bernilai 2.285 dollar
Jka di buat jarum jam bernilai 250 ribu dollar

Begitu pula waktu, seperti besi tadi.
Sebesar apa usaha Anda untuk mengatur  waktu dan menggunakannya, sebesar itu pula pertambahan nilainya.

Ya itulah urgensitas waktu, ketika kita salah mengunakan waktu maka kita akan terkepung dengan kewajiban dan tugas baru yang terus menuntut dan menunggu untuk kita selesaikan.
Oleh karenanya, seorang manajer, seorang ceo, dan seorang pengelola perusahaan harus mengerti dan paham betul tentang seluk beluk waktu. Hanya saja yang menjadi permasalahan ketika sang pemimpin sangat menjaga dan memperhatikan waktu sedang bawahannya tidak begitu peduli dengan waktu, maka menunda-nundalah yang terjadi yang dari ini (menunda-nunda) akan lahir sebuah kegagalan yang nyata.

Ketika kita ingin tahu betapa berharganya sebuah waktu, tanyalah pada orang yang ketinggalan pesawat terbang, ketika anda ingin tahu betapa berharganya waktu, tanyalah pada orang-orang yang sedang sibuk mengerjakan suatu pekerjaan namun juga belum menyelesaikannya sedang dedline sudah habis. Ya bagi mereka waktu sangat berharga. Tapi bagi mereka-mereka yang dihatinya tertanam “masih ada nanti” maka waktu tidaklah ada harganya sama sekali buat mereka.
Iktitam, kita mau yang mana? 24 jam bisa mengatur Negara, atau 24 jam mengurus diri sendiri aja tidak bisa?
Kembali lagi, hidup adalah pilihan, dan dalam setiap pilihan ada konsekwensi yang harus ditanggung. Konsewensi yang berkaitan dengan diri sendiri atau konskwensi yang berkaitan dengan orang banyak.
Hanya orang-orang tertentulah yang di beritahu oleh-Nya tentang urgensitas ilmu, dan tentang urgensitas waktu.



No comments:

Post a Comment