Tentang Buku Bilal (Arba’a Karakter Kaya, Bekal Kaya Sejak Dini)

Friday, September 1, 2017

Semoga lancar dan jadi jalan sukses kita semua, amin. Buku ke tiga

Ini tentang buku Bilal yang ketiga.

Ya tentang arba’a karakter kaya, bekal kaya sejak dini, tentang buku ini banyak yang komentar dan banyak yang memberikan dukungan, tapi tak sedikit juga yang meberikan kritikan, bahkan lontaran pedas kalau mau di masukkan ke dalam hati.

Diantara yang sering di Tanya teman-teman Bilal sendiri, “Emang Bilal udah kaya? Kok nulis buku tentang kaya?” ada juga yang mencibir dan dari bbm nya mengirim uang hasil transaksi bisnis dia, entah kata-kata apa gitu yang ia ucapkan. Intinya agak menyayat hati. Tapi buat Bilal itu semua adalah lika-liku kehidupan. Yang mau tak mau harus di jalani dan bisa gak bisa harus di kerjakan.

Lalu buat apa Bilal tulis buku itu? Semangatnya adalah semangat perubahan, semangat untuk berbenah dan semangat untuk terus naik.

Buku pertama

Apa yang Bilal tulis itu untuk bekal diri, juga untuk bekal orang lain, untuk bekal kita menjalani kehidupan. Karena tampa bekal yang baik dan benar tak lama harta dan tahta itu akan hilang dan menyusut dengan sendirinya. Bilal tulis buku itu untuk penyemangat Bilal dalam menjalani kehidupan, menjalani bisnis dan menjalani apa yang di sebut dengan roda kehidupan.

Memang tidak sedikit sebagian anak yang lahir dari keluarga kaya, lalu orang tuanya meninggal dunia, akhirnya dia tidak bisa meneruskan kekayaan orang tuanya. Tidak bisa melanjutkan karena latar belakang ilmu dan pengalaman serta bekal yang kurang.

Sebagaimana disebut di awal buku ini untuk semangat perubahan, Perubahan untuk semua orang, terutama untuk Bilal sendiri, Bilal orang pedalaman, lahir di pedalaman Kalimantan, dan juga hidup dalam keluarga petani, yang kesehariannya angon sapi, kuda, nyabit rumput dsb. Tapi terlepas dari itu semua, cita-cita dan mimpi Bilal sangatlah besar dan tinggi, sehingga hal tersebut harus di barengi dengan ilmu. Maka di tulislah ilmunya itu.

Semoga berkenan mendalami dan berkenan mengamalkan, jangan pandang penulisnya atau orang yang mengatakannya, tapi pandanglah isi tulisannya itu. Kalau baik amalkan, karena kebaikannya akan kembali pada diri pelakunya, kalau jelek tinggalkan, karena kejelekannya juga akan berbahaya bagi pelakukanya.